Selasa 21 Mar 2023 11:26 WIB

GIPA Perkuat Relasi Para Profesional Indonesia di Inggris

Banyak investor Eropa dan Timur Tengah kini beralih ke Asia Tenggara.

Co Founder AlphaJWC, Jefrey Joe membagikan pengalaman kiat membangun startup sukses melalui pengalamannya sebagai seorang venture capitalist.
Foto: Dok GIPA
Co Founder AlphaJWC, Jefrey Joe membagikan pengalaman kiat membangun startup sukses melalui pengalamannya sebagai seorang venture capitalist.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Global Indonesia Professionals’ Association (GIPA), bersama dengan Young Indonesian Professionals' Association (YIPA) UK menggelar forum pertemuan sebagai bagian dari program Global Boardroom Series di London, Inggris, beberapa waktu lalu.

GIPA adalah forum yang mewakili para profesional dan eksekutif Indonesia di luar negeri di seluruh negara anggota G20 dan ASEAN dalam delapan kelompok industri utama. Sebagai sekretariat global, GIPA berupaya memberdayakan aliansi global pusat profesional luar negeri untuk memajukan diplomasi ekonomi dan pengembangan sumber daya manusia Indonesia.

Sedangkan YIPA UK merupakan wadah bagi para profesional Indonesia yang berada di Inggris. Acara tersebut dihadiri oleh para pimpinan GIPA dan YIPA UK serta para profesional yang bekerja di industri teknologi, layanan keuangan, dan industri terkait lainnya di negeri Ratu Elizabeth tersebut.

Co Founder AlphaJWC, Jefrey Joe membagikan pengalamannya tentang kiat membangun startup sukses melalui pengalamannya sebagai seorang venture capitalist. Dia berbicara tentang keterlibatannya dalam mendirikan AlphaJWC, sebuah perusahaan modal ventura berbasis di Asia Tenggara yang telah berdiri sejak 2015.

AlphaJWC pada 2022 menerima penghargaan "Best Venture Capital" dari salah satu media. Perusahaan tersebut juga menerima nominasi untuk penghargaan Asian Private Equity & Venture Capital.

Jefrey pun menyoroti peran pemerintah Cina dan Singapura sebagai contoh sukses. "Banyak investor Eropa dan Timur Tengah telah beralih ke Asia Tenggara karena pertumbuhan ekonominya dan iklim politik yang lebih stabil," ungkap Jefrey.

Jefrey juga mendorong para profesional yang hadir untuk memanfaatkan momen itu. Pasalnya, ia memprediksi pada 2045, Indonesia akan mencapai tingkat kematangan ekonomi dalam hal adopsi teknologi.

Terkait dengan tren pemutusan hubungan kerja (PHK) yang sedang terjadi di berbagai belahan dunia, Jefrey menyiratkan, ada tiga faktor kunci untuk memahami fenomena ini di Indonesia. Pertama, rendahnya adaptasi teknologi yang mempengaruhi pertumbuhan pembangunan yang lambat di Indonesia. Kedua, Jefrey menyebutkan, banyak perusahaan teknologi di Indonesia masih tidak cakap dalam mengelola valuasi mereka.

Terakhir, Jefrey menekankan, tren PHK ini bukanlah siklus atau musiman, tetapi progres proyeksi berdasarkan keputusan bisnis sebuah perusahaan. "Kita harus memperhatikan kecocokan para pendiri bisnis dengan kondisi pasar dan keberanian serta kegigihan untuk menjalani investasi yang sukses," ujarnya.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement