Senin 20 Mar 2023 14:35 WIB

Bos OpenAI Ungkap Bahaya dan Manfaat AI, Apa Saja?

Teknologi kecerdasan buatan (AI) hadir dengan bahaya nyata.

Rep: Santi Sopia/ Red: Natalia Endah Hapsari
Kemampuan kecerdasan buatan (AI) kini memunculkan pertanyaan sekaligus kekhawatiran./ilustrasi
Foto: Unsplash
Kemampuan kecerdasan buatan (AI) kini memunculkan pertanyaan sekaligus kekhawatiran./ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---ChatGPT, chatbot buatan OpenAI, telah mengalami beberapa peningkatan kemampuan sejak diluncurkan November tahun lalu. Kemampuan kecerdasan buatan (AI) kini memunculkan pertanyaan sekaligus kekhawatiran.

Hal itu terkait apakah AI dapat menggantikan banyak pekerjaan dan digunakan untuk menyebarkan informasi salah?

Baca Juga

Menanggapi itu, Sam Altman, CEO OpenAI mengatakan bahwa dia "sedikit takut" dengan penemuan perusahaannya tersebut. Akan tetapi dia juga memandang positif tentang kegunaan yang dapat dilakukan produk perusahaannya.

Dalam wawancara dengan ABC News, Altman mengatakan dia percaya bahwa teknologi AI hadir dengan bahaya nyata. Meski demikian, itu juga bisa menjadi "teknologi terhebat yang pernah dikembangkan umat manusia" untuk meningkatkan kehidupan secara drastis.

“Kita harus berhati-hati di sini. Saya pikir orang-orang seharusnya senang bahwa kami sedikit takut akan hal ini,” kata Altman seperti dikutip dari Gadgetnews, Senin (20/3/2023).

AI menggantikan banyak pekerjaan

Altman mengatakan bahwa AI kemungkinan akan menggantikan beberapa pekerjaan, meski khawatir tentang seberapa cepat hal itu bisa terjadi.

Namun, dia juga melihat sisi baik teknologi yang akan meningkatkan kehidupan manusia. "Saya pikir selama beberapa generasi, umat manusia telah membuktikan bahwa ia dapat beradaptasi dengan luar biasa terhadap perubahan teknologi besar," kata Altman.

Tetapi jika hal itu terjadi dalam waktu terlalu cepat, mungkin jadi bagian yang paling ia khawatirkan. Sebab artinya akan banyak pekerjaan yang hilang dengan cepat.

Dia juga mendorong agar penggunaan ChatGPT dianggap sebagai salah satu sarana, bukan pengganti. Altman juga membahas efek positif AI dalam dunia pendidikan. "Kita semua dapat memiliki pendidik yang luar biasa di saku kita yang disesuaikan untuk kita, yang membantu kita belajar. Pendidikan harus berubah," kata dia lagi.

 

AI dalam peran menyebarkan informasi yang salah

Bagi Altman, satu masalah yang konsisten dengan model bahasa AI seperti ChatGPT adalah informasi yang salah. Dia mengatakan bahwa program tersebut dapat memberikan informasi yang tidak akurat secara faktual kepada pengguna.

Kepada publik, dia menyebut itu sebagai 'masalah halusinasi'. Model bahasa ini dengan percaya diri akan menyatakan hal-hal seolah-olah itu adalah fakta yang sepenuhnya dibuat-buat.

Dia juga menambahkan bahwa GPT-4, model bahasa terbaru, lebih kuat daripada ChatGPT versi awal. "Cara yang tepat untuk memikirkan model yang kami buat adalah mesin penalaran, bukan basis data fakta," lanjut Altman.

Model tersebut juga dapat bertindak sebagai basis data fakta. Bukan itu saja keistimewaannya, melainkan dapat punya kemampuan untuk bernalar, bukan menghafal. Petinggi OpenAI tersebut sekaligus mencatat bahwa pengaruh teknologi itu sendiri sangat kuat dan berpotensi berbahaya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement