Jumat 17 Mar 2023 16:33 WIB

Penyelamatan Bank Angkat Mata Uang Berisiko di Asia, Dolar Melemah

Indeks dolar yang mengukur greenback turun 0,31 persen menjadi 104,07.

Karyawan menghitung uang dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (29/9/2022). Dolar AS tergelincir di sesi Asia pada Jumat (17/3/2023) sore, setelah otoritas dan bank-bank bergerak untuk mengurangi tekanan pada sistem keuangan, mengangkat kembali sebagian besar mata uang utama yang jatuh minggu ini setelah gejolak perbankan.
Foto: Prayogi/Republika.
Karyawan menghitung uang dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (29/9/2022). Dolar AS tergelincir di sesi Asia pada Jumat (17/3/2023) sore, setelah otoritas dan bank-bank bergerak untuk mengurangi tekanan pada sistem keuangan, mengangkat kembali sebagian besar mata uang utama yang jatuh minggu ini setelah gejolak perbankan.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Dolar AS tergelincir di sesi Asia pada Jumat (17/3/2023) sore, setelah otoritas dan bank-bank bergerak untuk mengurangi tekanan pada sistem keuangan, mengangkat kembali sebagian besar mata uang utama yang jatuh minggu ini setelah gejolak perbankan. Tindakan untuk menyelamatkan First Republic Bank di AS pada Kamis (16/3/2023) meningkatkan selera risiko secara global pada Jumat, karena kekhawatiran akan krisis perbankan global mereda, membuka jalan bagi lonjakan dolar Australia dan Selandia Baru.

Mata uang Antipodean secara tradisional dijauhi pada saat penghindaran risiko. Aussie menguat 0,76 persen menjadi 0,6708 dolar AS di perdagangan Asia pada Jumat sore, sementara kiwi naik 0,69 persen menjadi 0,6239 dolar AS.

Baca Juga

Dengan pengawasan otoritas, bank-bank besar AS menyuntikkan 30 miliar dolar AS dana ke First Republic, yang terjebak dalam krisis yang meluas dipicu oleh runtuhnya dua bank menengah AS lainnya selama seminggu terakhir.

Langkah tersebut mengikuti pengumuman Credit Suisse pada Kamis pagi (16/3/2023) bahwa mereka akan meminjam hingga 54 miliar dolar AS dari bank sentral Swiss, setelah bank sentral memberikan bantuan keuangan kepada pemberi pinjaman Swiss yang kesulitan itu.

Credit Suisse juga terlibat dalam penularan yang meluas setelah ledakan Silicon Valley Bank (SVB) yang berbasis di AS. Ini mengakibatkan penurunan 30 persen sahamnya di awal pekan.

Tetapi, bahkan ketika kekalahan pasar memicu kekhawatiran tentang kesehatan bank-bank Eropa, Bank Sentral Eropa (ECB) tetap melanjutkan kenaikan suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan kebijakannya Kamis (16/3/2023). Pembuat kebijakan ECB berusaha meyakinkan investor bahwa bank-bank zona euro tangguh dan jika ada, pergerakan ke suku bunga yang lebih tinggi akan meningkatkan margin mereka.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement