Kamis 16 Mar 2023 13:21 WIB

Pantau Hilal 2023, Ini Teleskop yang Digunakan Peneliti Indonesia

Teknologi yang dipakai adalah alat optik seperti teleskop, monokuler, atau binokuler.

Rep: Santi Sopia/ Red: Natalia Endah Hapsari
Seorang petugas tim Hilal dari Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi NTT,menggunakan teropong untuk memantau hilal penetapan awal Ramadhan /ilustrasi.
Foto: ANTARA/Kornelis Kaha
Seorang petugas tim Hilal dari Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi NTT,menggunakan teropong untuk memantau hilal penetapan awal Ramadhan /ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Selain dengan menggunakan mata secara langsung, pemantauan hilal bisa juga dibantu teknologi. Ada beberapa teknologi yang saat ini digunakan peneliti di Indonesia.

Peneliti Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin, mengatakan teknologi yang digunakan adalah alat optik, di antaranya teleskop, monokuler, atau binokuler. Fungsi alat optik ini untuk mengumpulkan lebih banyak cahaya hilal yang redup. 

Baca Juga

“Makin besar diameter alat optik semakin baik. Bandingkan dengan diameter pupil mata yang hanya sekitar lima milimeter,” kata Thomas saat dihubungi, Kamis (16/3/2023).

Teleskop monokuler biasanya bekerja dengan prinsip pembiasan cahaya. Setiap cahaya yang masuk, akan melewati prisma kemudian mengarah ke dasar dan bergerak ke puncak teropong.

Sedangkan cara kerja dari teleskop binokuler, adalah berdasarkan prinsip “pergeseran fase” di mana cahaya yang masuk akan dibagi dua. Kemudian dikonvergensi untuk menciptakan gambar 3D yang tegak dan bisa dilihat dengan jelas.

Thomas melanjutkan teknologi lain yang bisa digunakan adalah teleskop yang dilengkapi kamera Charge Coupled Device (CCD) dan sistem olah citra. CCD merupakan sebuah sensor untuk merekam gambar, terdiri atas sirkuit terintegrasi berisi larikan kondensator yang berhubungan, atau berpasangan. 

“Melalui kamera CCD dan sistem olah citra, potret hilal bisa ditumpuk secara digital (stacking) untuk memperkuat citra hilal,” kata Thomas.

CCD digunakan dalam fotografi digital dan astronomi (terutama dalam fotometri), optikal dan spektroskopi UV dan teknik kecepatan tinggi. CCD biasanya merespon 70 persen cahaya, sama dengan efisiensi kuantum sebesar 70 persen. 

Hal itu membuatnya lebih efisien daripada film fotografi, yang hanya menangkap kira-kira 2 persen cahaya. Inilah alasan CCD dengan cepat menjadi pilihan bagi para astronom.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement