Kamis 16 Mar 2023 08:33 WIB

Tim Myanmar ke Kamp Cox's Bazar, Pengungsi Rohingya akan Dipulangkan

Ada daftar 1.140 pengungsi Rohingya yang akan dipulangkan melalui proyek percontohan

Rep: Dwina Agustin / Amri Amrullah/ Red: Esthi Maharani
Delegasi Myanmar mengunjungi kamp-kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh pekan ini. Mereka memverifikasi beberapa ratus pengungsi yang bisa dipulangkan atau repatriasi.
Foto: AP
Delegasi Myanmar mengunjungi kamp-kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh pekan ini. Mereka memverifikasi beberapa ratus pengungsi yang bisa dipulangkan atau repatriasi.

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Delegasi Myanmar mengunjungi kamp-kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh pekan ini. Mereka memverifikasi beberapa ratus pengungsi yang bisa dipulangkan atau repatriasi.

Hampir satu juta pengungsi Muslim Rohingya tinggal di kamp-kamp di distrik perbatasan Cox's Bazar di Bangladesh. Sebagian besar dari mereka adalah korban yang melarikan diri dari penumpasan yang dipimpin militer di Myanmar pada 2017.

Baca Juga

Komisaris Bantuan dan Pemulangan Pengungsi Bangladesh di Cox's Bazar Mohammed Mizanur Rahman mengatakan, ada daftar 1.140 pengungsi Rohingya yang akan dipulangkan melalui proyek percontohan. Sebanyak 711 di antaranya telah diselesaikan kasusnya. Sisanya 429 dalam daftar, termasuk beberapa bayi yang baru lahir, masih diproses.

"Kami siap mengirim mereka kembali," kata Rahman meski tidak tahu kapan itu bisa dimulai.

Lapor kantor berita resmi pemerintah Bangladesh Sangbad Sangstha menyatakan, Duta Besar Cina untuk Bangladesh Yao Wen berharap, gelombang pertama pengungsi Rohingya akan segera dipulangkan ke Myanmar. Sementara itu Cina akan melanjutkan perannya sebagai mediator.

Hingga saat ini, junta militer Myanmar yang mengambil alih kekuasaan dalam kudeta dua tahun lalu hanya menunjukkan sedikit kecenderungan untuk mengambil kembali warga etnis Rohingya. "Masyarakat internasional sedang bermain pingpong dengan Rohingya," kata presiden Organisasi Rohingya Burma Inggris Tun Khin.

Tun Khin menjelaskan, pengungsi Rohingya menghadapi pilihan yang mustahil. Mereka harus memilih antara tetap dalam kondisi yang mengerikan di kamp-kamp pengungsi dengan ransum dipotong atau kembali ke negara asal dengan kebijakan genosida berlanjut.

"Ini bukan proses repatriasi, ini proses hubungan masyarakat. Pemerintah ingin mengklaim kemajuan padahal sebenarnya isu inti perlakuan terhadap Rohingya oleh militer Myanmar diabaikan," ujar Tun Khin.

Dijejali puluhan ribu gubuk yang terbuat dari bambu dan lembaran plastik tipis, kondisi kehidupan di kamp-kamp itu berbahaya. Dua tahun lalu, kobaran api besar menewaskan sedikitnya 15 pengungsi dan menghancurkan lebih dari 10 ribu rumah. Pada awal bulan ini kebakaran lain menyebabkan 12 ribu orang kehilangan tempat berlindung.

Putus asa untuk menemukan tempat yang lebih baik, banyak orang Rohingya telah mempertaruhkan nyawa mereka melakukan perjalanan laut yang berbahaya dari Bangladesh ke negara-negara seperti Malaysia dan Indonesia. Menurut perkiraan PBB, setidaknya 348 orang Rohingya meninggal di laut tahun lalu.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement