Selasa 14 Mar 2023 12:42 WIB

Pasokan Berkurang, Harga Cabai Rawit di Jember Sentuh Rp 80 Ribu

Banyak cabai petani yang rusak akibat cuaca ekstrem

Pedagang cabai rawit melayani pembeli di pasar tradisional (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi.
Pedagang cabai rawit melayani pembeli di pasar tradisional (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER -- Harga komoditas cabai rawit di sejumlah pasar tradisional Kabupaten Jember, Jawa Timur, meroket tembus Rp 80 ribu per kilogram menjelang datangnya bulan suci Ramadhan 1444 Hijriah. Kenaikan harga ini karena pasokan ke  berkurang dan cuaca ekstrem, beberapa pekan terakhir ini.

"Harga cabai rawit memang melonjak sejak awal Maret 2023 karena pasokan dari petani berkurang dan banyak cabai petani yang rusak akibat cuaca ekstrem," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jember, Bambang Saputro di kabupaten setempat, Selasa (14/3/2023).

Pantauan di sejumlah pasar tradisional di kawasan kota Jember tercatat harga cabai rawit berkisar Rp 75 ribu hingga Rp 80 ribu per kg. Sedangkan untuk cabai merah besar berkisar Rp 30 ribu hingga Rp 35 ribu per kg.

"Harga cabai merah besar dan cabai keriting juga mengalami kenaikan selama beberapa hari terakhir, tapi tidak terlalu meroket seperti cabai rawit merah," ujarnya.

Harga cabai rawit di pasar tradisional mulai naik pada awal Maret 2023 dengan harga berkisar Rp 50 ribu hingga Rp 60 ribu per kg, kemudian setiap pekan terus merangkak naik hingga pertengahan Maret 2023 menjadi Rp 80 ribu per kg.

"Penyebab kenaikan harga cabai karena pasokan dari petani berkurang akibat cuaca ekstrem yang menyebabkan cabai petani rusak hingga gagal panen," kata dia.

Bambang berharap harga cabai tidak terus naik karena pekan depan sudah mulai masuk bulan Ramadhan dan mudah-mudahan ada pasokan cabai dari luar daerah agar harga komoditas tersebut bisa kembali stabil.

Sementara itu, pedagang di Pasar Tanjung, Saiful mengatakan, harga cabai perlahan-lahan merangkak naik menjelang Ramadhan karena kebutuhan masyarakat akan komoditas tersebut meningkat, namun pasokan dari petani berkurang.

"Para pedagang juga mengurangi pembelian karena komoditas cabai rawit tidak bisa bertahan lama dan mudah busuk, sehingga pedagang menjual ke masyarakat juga disesuaikan dengan pembelian kami ke pengepul," ujarnya.

Ia menjelaskan masyarakat juga mengurangi pembelian cabai rawit karena mahalnya harga bahan membuat sambal tersebut, termasuk warga yang memiliki warung yang menjual menu makanan pedas.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement