Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dian Pertiwi Joshua

Anak Orang Kaya Bersikap Brutal, Penelitian: Terlahir Tajir Picu Mental Ketar-Ketir

Pendidikan dan Literasi | Friday, 10 Mar 2023, 10:09 WIB
Gambar oleh <a href=Mauricio A. dari Pixabay (https://pixabay.com/id/photos/cinta-ayah-kayu-anak-induk-1799679/)" />
Gambar oleh Mauricio A. dari Pixabay (https://pixabay.com/id/photos/cinta-ayah-kayu-anak-induk-1799679/)

Akhir-akhir ini, sering beredar berita viral mengenai anak salah satu Pegawai Pajak yang disinyalir memiliki harta tak wajar, melakukan penganiayaan sekaligus membuat video tanpa rasa bersalah setelah menjalani aksi brutal. Hidup bergelimangan harta dan terlahir memiliki privillage, betulkah kehidupan impian?

Secara signifikan, banyak peneliti yang melakukan studi mengenai perilaku dan karakter anak-anak kaya raya, dan menemukan fakta mengejutkan. Disebutkan bahwa anak yang terlahir dari orang tua ekonomi mengengah ke atas memiliki keterlibatan tinggi dalam penggunaan narkoba, depresi, kecemasan, ganguan makan, senang mencontek saat belajar, mencuri, pelaku bullying, hingga pada perilaku ekstrem lainnya. Kok bisa?

Orang tua kaya menuntut anaknya mempertahankan kekayaan

Anak-anak yang terlahir dari orang tua kaya, didorong untuk bertanggung jawab mentransmisikan dan mentrasfer kekayaan antar generasi dengan menekan anak mengikuti otoritas orang tua. Tak jarang, kita lihat sejak kecil, anak-anak dengan ekonomi atas harus mengikuti beragam tuntutan untuk memenuhi serangkaian hasrat orang tuanya, yang mengakibatkan frustrasi, jika keinginan orang tua di luar batas kemampuan anak.

Anak terlahir tajir, terpaksa disetir

Anak bukan versi mini dari orang tuanya, melainkan manusia yang terlahir unik meski memiliki bakat bawaan yang didapat dari Ayah Ibunya. Namun demikian, anak berhak memiliki jalan kesuksesannya sendiri. Beda halnya dengan anak tajir, yang sejak lahir sudah terbiasa disetir. Anak-anak terlahir tajir, dibentuk sesuai apa yang orang tuanya perankan. Seringnya, mereka akan merasa tertekan, dan melampiaskannya dengan menggunakan narkoba, minuman keras, dan mengalami gangguan makan akibat kecemasan.

Standar tinggi

Terbiasa hidup dengan standar yang tinggi, mendorong orang tua dari anak-anak ekonomi atas menerapkan standarnya pada anak. Padahal, anak belum tentu mampu mencapai standar tersebut. Sehingga anak tajir, melakukan perlawanan dengan berperilaku brutal. Selain itu, kebanyakan anak tajir tidak ingin terkalahkan, karena standar yang diberikan dari orang tuanya, sehingga anak-anak ekonomi atas sangat kompetitif. Apabila ia merasa posisinya terancam, maka tidak segan melakukan cara untuk mengalahkan yang dianggap pesaing.

Hidup bergelimang kemudahan, menjadikan anak tajir tidak resilien menerima kesulitan

Sudah bukan rahasia lagi, anak tajir menerima banyak kemudahan dalam kehidupannya. Terlatih untuk menjalani hidup yang ringan, memupuk mental anak sukar menghadapi kesulitan. Studi psikologi menjelaskan, anak-anak tajir sebagian besar memiliki emosi yang kurang baik dan kelentingan yang rendah. Banyak memilih jalan mencapai kesuksesan yang mudah, ketika berhadapan dengan kesulitan, maka pada akhirnya terkena seleksi alam.

Harga diri anak tajir bergantung pada harga yang diberikan orang tuanya

Anak-anak tajir adalah harta termahal yang dimiliki orang tuanya, mereka menggantungkan harga dirinya untuk mempertahankan kebanggaan orang tua terhadap mereka. Penelitian menyebutkan, anak-anak kaya raya terbiasa mendengar perintah, “Kamu harus ” daripada, “Lakukan yang terbaik, yang bisa kamu lakukan ”. Sehingga kegagalan apapun yang diterima anak ekonomi atas, secara konsisten membuat anak menganggap tidak dihargai dan tidak diterima dalam keluarga. Dampaknya, anak mencari pelampiasan atas kekecewaannya bisa dengan melakukan tindakan anti-sosial di luar rumah agar mendapat perhatian orang tuanya kembali, atau bullying terhadap temannya untuk menjatuhkan harga diri orang lain sebagai tindakan balas dendam atas harga dirinya yang cidera.

Meski demikian, masih banyak kekayaan yang melahirkan kebaikan dan bibit unggulan. Apapun status ekonominya, manusia perlu mendidik anak sesuai fitrahnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image