Pesan Penting yang Dibawa Bulan Suci Ramadhan

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil

Jumat 10 Mar 2023 13:41 WIB

Amal ibadah Ramadhan (Ilustrasi) Foto: Dok Republika Amal ibadah Ramadhan (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ramadhan merupakan bulan suci ketika umat Islam menjalani puasa yang ketat. Selama satu bulan, Muslim di seluruh dunia melakukan refleksi (muhasabah) ke dalam diri, untuk menemukan kekuatan batin dan berusaha keras menaklukkan naluri jahat.

Setiap hari dari fajar hingga senja di bulan ini, umat Islam tidak makan, minum, merokok dan menjauhkan diri dari hubungan suami istri. Ini adalah bulan pengorbanan dan kerendahan hati, yang diselingi oleh pertemuan dengan keluarga dan kerabat yang penuh kegembiraan.

Baca Juga

Tujuan puasa adalah untuk mengurangi ketergantungan orang beriman pada barang-barang material, menyucikan hati dan membangun solidaritas dengan orang miskin, serta mendorong perilaku beramal sepanjang tahun. Ini adalah periode pertumbuhan diri.

Dari Abu Hurairah, disebut Nabi Muhammad pernah berkata, "Barang siapa tidak dapat meninggalkan perkataan dusta dan perbuatannya, maka Allah tidak membutuhkan ia meninggalkan makanan dan minumannya."

Seorang penulis dan peneliti, Moin Qazi, dalam artikelnya di  The Statesman, menyebut asal usul kata Ramadan berasal dari akar bahasa Arab klasik, ramida, ar-ramad atau ramdaa. Hal ini berarti panas terik atau kekeringan, yang diyakini mengacu pada panasnya rasa haus dan lapar, atau karena puasa membakar dosa masa lalu seseorang. Ramadhan pertama diperkirakan terjadi selama pertengahan musim panas.

Dengan kata lain, Ramadhan adalah bulan yang dimaksudkan untuk memurnikan tubuh dari racun dan jiwa dari keinginan hidup yang mewah, seperti keserakahan, kebencian dan kedengkian.

Bulan Ramadhan dibagi lagi menjadi tiga bagian, masing-masing terdiri dari sepuluh hari. Setiap periode sepuluh hari disebut sebagai ashra, yang merupakan kata bahasa Arab untuk sepuluh. Ketiga bagian tersebut adalah Rahmah (rahmat Allah), Maghfirah (pengampunan Allah), dan Najah (keselamatan).

10 hari pertama bulan Ramadhan didedikasikan untuk rahmat dari Allah. 10 hari berikutnya fokus pada pengampunan dari Allah dan 10 hari terakhir pada kebebasan dari Api Neraka.

Ramadhan juga memperingati waktu ketika Alquran pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad, sekitar 1.400 tahun yang lalu melalui malaikat Jibril. Wahyu ini adalah mata rantai terakhir dalam rantai komunikasi ilahi, yang meliputi Perintah-perintah Musa, Mazmur Daud, Gulungan Abraham dan Injil Yesus.

Puasa atau sawm adalah salah satu rukun Islam yang vital. Sawm berasal dari akar kata sama yang berarti ‘berpantang’. Meskipun sawm paling umum dipahami sebagai kewajiban berpuasa selama bulan Ramadhan, namun secara lebih luas diartikan sebagai kewajiban untuk menahan diri antara fajar dan senja dari makanan, minuman, aktivitas seksua, dan segala bentuk perilaku tidak bermoral, termasuk pikiran kotor atau tidak baik.

Bulan Suci Ramadan adalah waktu yang ditunggu-tunggu bagi umat Islam untuk memanfaatkan ketiadaan makanan, minuman dan kemewahan lainnya, sebagai kesempatan untuk berkonsentrasi pada doa, meditasi dan ibadah. Hal ini juga mendorong refleksi yang lebih besar pada kehidupan dan penghargaan atas sumber daya yang terkadang dianggap remeh.

Dari banyak sisi, Qazi menyebut Ramadhan mencerminkan suatu bentuk pembaharuan spiritual, waktu untuk resolusi baru dan kebangkitan kedamaian batin. Hal ini mirip dengan bagaimana seseorang menghadiri retret (tadabur) alam untuk melepaskan diri dari dunia yang menjemukan.

"Ramadhan memberikan retret internal, di mana pikiran dan 'kehausan' alaminya akan pengetahuan, kebangkitan dan akal lebih diutamakan daripada fisik. Kebutuhan dan keinginan tubuh ini kadang terlayani secara teratur, tetapi jarang terpuaskan," ujar dia.

Ia juga menyebut keinginan manusia dalam esensinya yang telanjang bersifat kebinatangan dan agak egois. Evolusi ajaran imanlah yang mengendalikan sebagian besar kebutuhan primitif akan pemuasan diri terus-menerus.

Perjuangan untuk keseimbangan internal dan pengendalian diri dilakukan terus-menerus, sepanjang manusia hadir di dunia. Ramadhan adalah cobaan berat yang panjang, untuk mempersiapkan perjalanan manusia ke babak baru, dengan energi spiritual baru dan janji segar.

"Ini adalah sarana untuk membangun pengendalian diri dan mencapai keseimbangan antara spiritual dan duniawi. Ini adalah cara menyesuaikan hidup seseorang untuk menaklukkan naluri jahat dan ambisi jahat seperti nafsu, keserakahan dan kebencian," lanjut Qazi.

Islam memiliki kata yang indah untuk menggambarkan perang melawan naluri manusia, yang disebut jihad. Bahkan, Islam berulang kali menekankannya dan menyebutnya 'jihad besar'.

Perjuangan yang lebih besar adalah perjuangan pribadi, perjuangan untuk menolak godaan, melawan sifat jahat dan ketidaksempurnaan diri sendiri, serta menjadi orang yang lebih baik di hadapan Allah.

Bagi seorang Muslim yang mencari kebahagiaan spiritual Ramadhan, Qazi menggambarkan ini seperti seorang musafir yang mendaki gunung. Semakin tinggi dia pergi, maka semakin jauh jarak pandang yang ia lihat. Hal ini juga akan mengangkat pikiran manusia ke tingkat ekstasi yang tinggi.  

Sumber:

https://www.thestatesman.com/opinion/message-of-ramadan-1503160696.html