Jumat 10 Mar 2023 05:33 WIB

Islam Menjunjung Hak dan Kesejahteraan Perempuan

Islam adalah kekuatan positif bagi perempuan.

Rep: Mabruro/ Red: Muhammad Hafil
Islam Menjunjung Hak dan Kesejahteraan Perempuan. Foto: Wanita Arab Saudi bekerja d sektor Industri
Foto: Saudi Gazette
Islam Menjunjung Hak dan Kesejahteraan Perempuan. Foto: Wanita Arab Saudi bekerja d sektor Industri

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK — Perwakilan Arab Saudi untuk PBB Mohammed Abdulaziz Alateek, mengatakan pada hari Rabu (8/3/2023), bahwa negaranya telah memberlakukan sejumlah reformasi yang melarang semua bentuk diskriminasi terhadap perempuan. Ini berlaku di legislatif, keluarga, dan dunia kerja.

Alateek mengatakan bahwa Islam adalah kekuatan positif yang besar bagi kesejahteraan ekonomi, sosial dan politik perempuan, dan sangat penting bagi negara-negara untuk mengembangkan undang-undang nasional mereka berdasarkan pemahaman itu.

Baca Juga

Utusan itu berbicara selama acara di markas besar PBB di New York berjudul "Wanita dalam Islam," yang diselenggarakan oleh Organisasi Kerjasama Islam untuk menandai Hari Perempuan Internasional.

“Di Arab Saudi sejumlah komitmen dan tujuan telah diproklamasikan untuk memberdayakan perempuan, dan sejumlah undang-undang khusus telah diberlakukan, atau undang-undang yang lebih tua telah diubah, untuk menjamin kesetaraan perempuan dan laki-laki," kata Alateek dilansir dari Arab News, Kamis (9/3/2023).

Dia menyerukan peningkatan kerja sama internasional dan regional dalam upaya untuk memberdayakan perempuan, dan menjanjikan komitmen Riyadh untuk mencapai hal ini.

Sejumlah besar pejabat dari dunia Arab dan organisasi internasional berbicara di acara tersebut dan banyak yang menyerukan stereotip negatif tentang Islam, dan wanita Muslim khususnya, untuk dibantah, dengan beberapa peringatan bahwa ekstremisme dan Islamofobia adalah dua sisi dari koin yang sama.

Alateek mengatakan bahwa teks-teks suci Islam justru sangat menghormati dan menghargai perempuan dan menjamin mereka dengan hak yang sama.

"Siapa pun yang berbuat baik, baik laki-laki maupun perempuan, dan merupakan orang beriman, kami pasti akan membuat hidup mereka bahagia dan memberi mereka hadiah untuk yang terbaik dari apa yang telah mereka lakukan," katanya, mengutip Alquran secara langsung.

“Islam selama lebih dari 1400 tahun menjadi pelopor dalam seruannya agar hak-hak perempuan dihormati dan ditegakkan,” tambah Alateek lagi.

Menurutnya, definisi Sadhak (atau mahar) dalam Alquran sudah begitu jelas, ada referensi untuk berharap kehidupan yang bahagia dan terpenuhi untuk semua wanita dan memberi mereka hak untuk mengelola urusan keuangan dan mendapatkan keuntungan dari semua yang baik di dunia ini.

Perempuan juga memainkan peran aktif dan penting di zona konflik, kata utusan itu, dan dia berbicara tentang 80 area di seluruh dunia di mana perempuan yang sangat rentan, secara ekonomi dan sosial, mendapat manfaat dari bantuan kemanusiaan yang diberikan oleh Arab Saudi di bidang pendidikan, karier, dan kesejahteraan umum mereka.

Para peserta dalam acara tersebut bersatu dalam kecaman mereka atas pelanggaran Taliban terhadap hak asasi perempuan, khususnya larangan baru-baru ini yang mengecualikan anak perempuan dari pendidikan menengah. Afghanistan satu-satunya negara di dunia dengan batasan seperti itu.

"Tatanan internasional, khususnya di negara-negara Islam, sayangnya, menjadi kenyataan di beberapa titik di beberapa negara yang jauh dari cita-cita yang diproklamasikan oleh Islam," kata Alateek.

Arab Saudi berkomitmen untuk memperkuat peran perempuan di semua masyarakat dengan menyediakan berbagai jenis bantuan, khususnya bantuan kemanusiaan, bekerja dengan komunitas internasional untuk bertukar praktik yang baik (yang) memperkuat hak-hak perempuan dan memberdayakan mereka.

Alateek meminta negara-negara anggota PBB untuk bekerja sama dengan Saudi untuk menjamin kesetaraan dan mengadopsi kebijakan dan program yang benar-benar menjamin penerapan prinsip-prinsip ini dengan cara yang efektif, (sambil) dengan mempertimbangkan sifat-sifat agama, budaya, dan sosial dari setiap negara tertentu.

“Kami secara khusus bekerja sama dengan negara-negara yang berbagi visi dan pandangan kami, tetapi juga, dengan orang lain, kami siap untuk terlibat dalam debat dan diskusi tentang sifat agama, budaya atau sosial, tentang apa yang terbaik untuk mempromosikan peran perempuan dalam masyarakat,” ujar dia.

Utusan itu juga meminta para cendekiawan agama, terutama mereka yang berada dalam Islam, "untuk bekerja dengan kami untuk menafsirkan dengan benar pesan yang terkandung dalam teks-teks suci."

Hari Perempuan Internasional, yang dirayakan pada tanggal 8 Maret setiap tahun, diakui oleh Majelis Umum PBB pada tahun 1977 dan diproklamasikan sebagai hari internasional dalam perayaan hak-hak perempuan dan perdamaian.

Sumber:

https://www.arabnews.com/node/2265206/saudi-arabia

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement