Kamis 09 Mar 2023 18:47 WIB

Dosen Unair Kembangkan Membran Hemodialisis untuk Pasien Gagal Ginjal

Membran hemodialisis hadir sebagai inovasi untuk pembersih darah pasien gagal ginjal

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Dosen Universitas Airlangga Yanuardi Raharjo bersama tim risetnya, Membran Science and Technology Research Group (MSTRG) mengembangkan membran hemodialisis. Membran hemodialisis adalah membran yang digunakan pada terapi hemodialisis.
Foto: istimewa
Dosen Universitas Airlangga Yanuardi Raharjo bersama tim risetnya, Membran Science and Technology Research Group (MSTRG) mengembangkan membran hemodialisis. Membran hemodialisis adalah membran yang digunakan pada terapi hemodialisis.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Dosen Universitas Airlangga Yanuardi Raharjo bersama tim risetnya, Membran Science and Technology Research Group (MSTRG) mengembangkan membran hemodialisis. Membran hemodialisis adalah membran yang digunakan pada terapi hemodialisis. 

Membran hemodialisis hadir sebagai inovasi untuk pembersih darah bagi pasien penderita gagal ginjal."Namun membran itu tidak mampu membersihkan seluruh jenis racun uremik di dalam darah," ujarnya, Kamis (9/3/2023).

Ia menjelaskan, Water-Soluble Uremic Toxins (WSUT) telah terbukti mampu dibersihkan dari darah pasien gagal ginjal dengan menggunakan terapi membran hemodialisis menggunakan sistem low flux. Middle-molecular Uremic Toxins (MMUT) juga telah terbukti dapat dibersihkan oleh membran hemodialisis menggunakan sistem high flux.

Jenis racun uremik yang sangat sukar dibersihkan dengan terapi membran hemodialisis adalah Protein-Bounded Uremic Toxins (PBUT). Menurut para peneliti, jenis racun tersebut dapat dibersihkan dengan menggunakan hemoperfusi. 

Penggunaan sistem high flux tidak semudah low flux. Kondisi kesehatan dari pasien sangat menentukan pemilihan sistem yang digunakan. Selain itu, hemoperfusi memiliki banyak kekurangan jika diaplikasikan pada penderita gagal ginjal.

"Seperti banyaknya protein dalam darah yang masih diperlukan oleh tubuh akan teradsorpsi oleh adsorben yang menjadi pemeran utama dalam hemoperfusi," ujarnya.

Pengembangan penelitian membran hemodialisis yang mampu membersihkan WSUT, MWUT, dan PBUT melalui inovasi Mixed Matrix Membran Adsorber (MMMA) inilah yang diinisiasi Yanuardi Raharjo. Yanuardi menerangkan, MMMA yang telah dikembangkan memadukan polimer sintetik polietersulfon dengan adsorben zeolit yang telah dimodifikasi dengan teknik imprinting sehingga meningkatkan selektifitas adsorben.

"MMMA yang dikembangkan, mampu membersihkan WSUT, MMUT, dan PBUT hingga 50 persen pada skala lab," kata Yanuardi. Ia melanjutkan, untuk pengujian terhadap karakteristik membran, performa membran, hingga uji in vitro telah diberhasil diuji dengan hasil sangat baik.

Inovasi MMMA ini telah menghasilkan beberapa publikasi di jurnal internasional berputasi dan terindeks SCOPUS (Q3 hingga Q1) dan berhasil didaftarkan patennya di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM RI. Selama ini, kata Yanuardi, membran hemodialisis yang digunakan oleh pasien-pasien di Indonesia masih impor.

"Di Indonesia belum ada yang memproduksi membran hemodialisis made in Indonesia, jadi kami hendak menginisiasi untuk memproduksi membran hemodialisis," kata dia.

Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Community Development (RICD) Unair, Ni Nyoman Tri Puspaningsih juga turut mendukung penelitian ini agar dikembangkan dengan uji in vivo. Ia berharap produk membran ini akan lebih bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidup pasien gagal ginjal di Indonesia pada khususnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement