Kamis 09 Mar 2023 14:31 WIB

Organisasi Petani Malaysia Belajar Budi Daya Padi ke Banyuwangi

Mereka khusus ingin pelajari varietas padi dengan produktivitas tinggi, seperti IP400

Petani memanen padi di sawah garapannya di Desa Benelanlor, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, Jawa Timur, Ahad (13/10/2019) (ilustrasi). Organisasi Petani Nasional Malaysia atau National Famers Organization (Nafas) belajar teknologi budi daya padi di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, karena mampu panen empat kali dalam satu tahun.
Foto: ANTARA FOTO
Petani memanen padi di sawah garapannya di Desa Benelanlor, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, Jawa Timur, Ahad (13/10/2019) (ilustrasi). Organisasi Petani Nasional Malaysia atau National Famers Organization (Nafas) belajar teknologi budi daya padi di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, karena mampu panen empat kali dalam satu tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Organisasi Petani Nasional Malaysia atau National Famers Organization (Nafas) belajar teknologi budi daya padi di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, karena mampu panen empat kali dalam satu tahun.

Mereka secara khusus ingin mempelajari varietas padi dengan produktivitas tinggi, salah satunya adalah varietas indeks pertanaman (IP) 400 yang dikembangkan oleh Kementerian Pertanian RI. Padi tersebut banyak ditanam di kabupaten ujung timur Jawa itu.

Baca Juga

Perwakilan National Famers Organization Malaysia, Syamsul Khamal, mengatakan kedatangannya ingin belajar bagaimana Banyuwangi memproduksi padi yang bisa panen hingga empat kali dalam setahun.

Sementara di Malaysia, Nafas baru mencoba lima kali dalam dua tahun. Nafas ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan IP 400 ini di Banyuwangi.

"Semoga varietas ini cocok dengan kondisi di Malaysia, bisa meningkatkan produktivitas pertanian kami menjadi empat kali dalam setahun seperti Banyuwangi," ujar Syamsul di Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (9/3/2023).

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banyuwangi Ilham Juanda menyampaikan, varietas IP 400 sendiri mulai dibudidayakan di Banyuwangi sejak tiga tahun lalu di lahan seluas 755 hektare (ha) yang tersebar di 12 kecamatan, 20 desa dan melibatkan 22 kelompok tani. Di Banyuwangi sendiri varietas yang dipakai adalah super genjah, yakni benih yang memiliki masa panen 70 sampai 100 hari.

Selain pemilihan varietas, kata Ilham, kunci keberhasilan IP 400 juga tergantung pada proses mekanisasi pengolahan sawah, yakni mulai pengolahan tanah, persemaian benih, proses tanam, budi daya, hingga panen dilakukan menggunakan alat mesin pertanian dalam rangka mempercepat masa tanam.

Di Banyuwangi, mereka (Nafas) melihat proses itu semua di Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (Upja) Tani Makmur di Desa Gladag, Kecamatan Rogojampi. Upja Tani Makmur ini mengembangkan IP 400 sejak 2020, dan mereka merupakan lembaga ekonomi di pedesaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa.

"Ini dalam rangka optimalisasi penggunaan alsintan untuk memperoleh keuntungan usaha," kata Ilham.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyambut baik kedatangan tim Nafas Malaysia dan menjadi kesempatan untuk saling berbagi ilmu untuk peningkatan produktivitas dari kedua belah pihak.

Silakan saling belajar, teknologi pertanian apa yang sekiranya bisa diterapkan masing-masing negara. "Kami juga berharap pertemuan ini bisa memberikan wawasan baru yang mendukung pengembangan Banyuwangi, utamanya di sektor pertanian," kata Ipuk.

Nafas merupakan gabungan seluruh koperasi petani nasional di Malaysia, dan bertanggung jawab atas subsidi input pada komoditas padi di seluruh Malaysia.

Kelebihan varietas IP 400 adalah memiliki waktu panen yang lebih cepat, antara 70-100 hari setelah sebar (HSS), dan ini lebih cepat dibanding varietas padi biasa, yang baru bisa panen pada usia 110-120 hari setelah sebar.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement