Sabtu 04 Mar 2023 06:58 WIB

Korsel dan AS Lakukan Latihan Militer Terbesar

Korut mengancam akan mengambil tindakan keras jika latihan dilakukan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
Seorang tentara Korea Selatan berjaga di dalam pos penjagaan militer di Paviliun Imjingak di Paju, Korea Selatan, dekat perbatasan dengan Korea Utara, Jumat, 14 Oktober 2022. Korsel dan AS Lakukan Latihan Militer Terbesar
Foto: AP Photo/Ahn Young-joon
Seorang tentara Korea Selatan berjaga di dalam pos penjagaan militer di Paviliun Imjingak di Paju, Korea Selatan, dekat perbatasan dengan Korea Utara, Jumat, 14 Oktober 2022. Korsel dan AS Lakukan Latihan Militer Terbesar

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Militer Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) mengumumkan pada Jumat (3/3/2023), bahwa akan mengadakan latihan lapangan bersama terbesar dalam lima tahun akhir bulan ini. AS menerbangkan pengebom B-1B jarak jauh ke Semenanjung Korea dalam sebuah pertunjukan kekuatan melawan Korea Utara (Korut).

Menurut militer Korsel dan AS, mereka akan melakukan latihan Freedom Shield, pelatihan pos komando yang disimulasikan komputer, dari 13 hingga 23 Maret. Kegiatan ini untuk memperkuat kemampuan pertahanan dan respons, serta pelatihan lapangan bersama skala besar yang terpisah atau Warrior Shield FTX.

Baca Juga

Juru bicara militer AS Kolonel Isaac L. Taylor mengatakan, pelatihan lapangan akan mencakup latihan amfibi gabungan. Ukuran latihan itu akan kembali ke skala latihan lapangan musim semi terbesar sebelumnya atau disebut Foal Eagle.

Kedua negara terakhir kali melakukan Foal Eagle pada 2018. Mereka kemudian membatalkan atau mengurangi beberapa latihan gabungan untuk mendukung diplomasi yang ketika itu berjalan dengan Korut dan menjaga dari pandemi Covid-19. Namun baru-baru ini, kedua negara telah memperluas latihan militer bersama mereka dalam menghadapi ancaman nuklir Korut yang berkembang.

Pyongyang telah mengancam akan mengambil tindakan keras yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap latihan semacam itu. Kemungkinan Korut akan menanggapi pelatihan yang akan datang dengan uji coba rudal karena dipandang sebagai latihan invasi.

Tapi sebelum memulai latihan besar itu, AS menurunkan B-1B pada Jumat. Penerbangan pertama pesawat tersebut dalam pelatihan udara bersama dengan pesawat tempur Korsel sejak 19 Februari. Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan, penggunaan B-1B menunjukkan tekad dan kemampuan AS untuk menggunakan berbagai kemampuan militernya, termasuk nuklir, dalam membela sekutunya.

Korut sangat sensitif terhadap penyebaran B-1B yang mampu membawa muatan senjata konvensional yang besar. Pyongyang telah menanggapi penerbangan beberapa B-1B sebelumnya dengan meluncurkan uji coba dua rudal jarak pendek pada hari berikutnya.

Negara tetangga Korsel telah menguji coba lebih dari 70 rudal tahun lalu dan beberapa lagi tahun ini. Banyak rudal adalah senjata berkemampuan nuklir yang dirancang untuk menyerang daratan AS dan Korsel.

Korut juga mengancam akan menggunakan senjata nuklirnya terlebih dahulu dalam potensi konflik dengan AS dan Korsel. Militer AS telah memperingatkan bahwa penggunaan senjata nuklir akan mengakibatkan berakhirnya rezim yang pemimpin negara tersebut.

Pada Januari, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan, AS juga akan meningkatkan penyebaran senjata canggih seperti jet tempur dan pengebom ke Semenanjung Korea. Pejabat senior Kementerian Luar Negeri Korut Kwon Jong-gun mengatakan, satu-satunya cara mengurangi ketegangan militer di Semenanjung Korea adalah AS membatalkan rencananya mengerahkan aset strategis di Korsel dan menghentikan latihan bersama.

Kwon mengatakan, jika AS melanjutkan praktik permusuhan dan provokatif terhadap Korut, itu dapat dianggap sebagai deklarasi perang. Pyongyang sebelumnya telah mengeluarkan retorika serupa di saat permusuhan dengan Washington dan Seoul. 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement