Kamis 02 Mar 2023 05:55 WIB

Taiwan Anggap 19 Jet Tempur Cina di Zona Pertahanan Sebagai Tekanan Rutin

24 jam terakhir, Taiwan temukan 19 pesawat Cina di zona pertahanan udaranya

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Jet tempur siluman kedua Cina, J-31.
Foto: NAVAL OPENSOURCE INTELIGENT
Jet tempur siluman kedua Cina, J-31.

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan dalam 24 jam terakhir mereka menemukan 19 pesawat Angkatan Udara Cina di zona pertahanan udaranya. Taipei menggambarkan insiden ini sebagai tekanan rutin Cina.

Selama tiga tahun terakhir Taiwan yang Cina anggap bagian dari wilayah mengeluhkan aktivitas militer Cina di pulau tersebut. Beijing menegaskan klaim kedaulatannya di perairan tersebut.

Cina mengatakan aktivitas militernya di sekitar Taiwan dapat dibenarkan sebagai upaya mempertahankan integritas teritorialnya. Beijing juga memperingatkan Amerika Serikat (AS) tidak "ikut campur" dalam isu Taiwan.

Pada Rabu (1/3/2023) Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan 19 pesawat tempur J-19 terbang di sekitar selatan zona pertahanan (ADIZ) pulau tersebut. Meski berdasarkan peta yang dirilis kementerian, pesawat-pesawat itu terbang lebih dekat pinggir pantai Cina Daratan dibandingkan ke Taiwan.

Dalam pernyataannya Taiwan mengatakan pasukannya memantau situasi tersebut. Termasuk mengirimkan pesawat angkatan udaranya sendiri.

Namun pesawat-pesawat Cina itu tidak melewati garis tengah Selat Taiwan yang sebelumnya digunakan sebagai batas tak resmi antara kedua belah pihak. Tapi pesawat Cina kerap melewati garis itu sejak meningkatkan aktivitas militer di sekitar Taiwan pada Agustus tahun lalu.

Taiwan mengatakan tidak ada tembakan yang dilepaskan dan meski pesawat-pesawat Cina terbang di ADIZ tapi tidak masuk ke ruang udaranya. Taiwan mengawasi dan menggelar patroli di ADIZ untuk memberi mereka waktu dalam merespon setiap ancaman.

Pemerintah Taiwan yang terpilih secara demokratis berulang kali menawarkan perundingan dengan Cina. Tapi akan membela diri bila diserang dan kerap mengatakan hanya warga Taiwan yang dapat memutuskan masa depan mereka. n Lintar Satria/Reuters  

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement