Kamis 16 Feb 2023 13:54 WIB

Penegasan Isra Miraj dalam Alquran, Hadits dan Ijma

Alquran mengisyaratkan isra miraj dalam dua surat.

Rep: Rossy Handayani/ Red: Erdy Nasrul
Masjidil Haram, titik awal Nabi melakukan Isra Miraj.
Foto: Republika/Fernan Rahadi
Masjidil Haram, titik awal Nabi melakukan Isra Miraj.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peristiwa Isra Miraj merupakan hal yang harus diyakini oleh umat islam. Keterangan terkait perjalanan Isra Miraj juga terdapat dalam Alquran, hadits serta ijma ulama kaum muslimin.

Dikutip dari buku Keajaiban Peristiwa Isra Miraj karya Abu Ubaidah Yusuf, berikut penegasan Isra Miraj dalam Alquran, Hadits dan Ijma:

Baca Juga

1. Alquran

Alquran mengisyaratkan isra dan miraj dalam dua surat yaitu surat al-Isra dan an-Najm. Dalam surat al-Isra, Allah menyebutkan tentang isra dan hikmahnya:

سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari al-Masjidil Haram ke al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. al-Isra ayat satu)

Sementara itu, tentang miraj, maka diisyaratkan oleh Allah dalam firman-Nya:

وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى (١٣) عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى (١٤) عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى (١٥) إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى (١٦) مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى (١٧) لَقَدْ رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى (١٨)

"Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar." (QS an-Najm ayat 13–18)

2. Hadits

Para pakar ilmu hadits menegaskan bahwa hadits-hadits tentang kisah isra miraj mencapai derajat mutawatir. Al-Hafizh Abul Khaththab Umar bin Dihyah rahimahullah berkata dalam kitabnya at-Tanwir fi Maulid as-Siraj al-Munir setelah menyebutkan hadits tentang isra’ dari riwayat Anas Radhiyallahu Anhu dan mengomentarinya dengan bagus,

“Dan sungguh telah mutawatir hadits-hadits tentang isra dari Umar bin Khaththab, Ali, Ibnu Mas’ud, Abu Dzar, Malik bin Sha’sha’ah, Abu Hurairah, Abu Sa’id, Ibnu Abbas, Syaddad bin Aus, Ubai bin Ka’ab, Abdurrahman bin Qarth, Abu Habbah al-Anshari, Abu Laila al-Anshari, Abdullah bin Amr, Jabir, Hudzaifah, Buraidah, Abu Ayyub, Abu Uma-mah, Samurah bin Jundub, Abul Hamra‘, Shuhaib ar-Rumi, Ummu Hani‘, Aisyah, dan Asma‘ binti Abu Bakar ash-Shiddiq, semoga meridhai mereka semua.

Di antara mereka ada yang menceritakan secara panjang dan ada pula yang secara ringkas sebagaimana dalam kitab-kitab hadits, sekalipun riwayat sebagian mereka tidak memenuhi persyaratan hadits shahih. Hadits tentang isra‘ ini telah disepakati oleh seluruh kaum muslimin dan diingkari oleh kaum zindiq dan mulhidin (munafik yang berkedok Islam).

 

3. Ijma

Para ulama telah bersepakat menetapkan peristiwa isra miraj tanpa ada perselisihan di kalangan mereka, bahkan mereka menjadikan hal ini termasuk bagian aqidah dalam kitab-kitab mereka, bahkan mereka mengafirkan orang yang mengingkari peristiwa ini sebab dia telah mengingkari Alquran dan hadits. (at-Taudhihat al-Jaliyyah ’ala Syarhil Aqidah ath-Thahawiyya)

Imam Abdul Ghani al-Maqdisi rahimahullah mengatakan dalam aqidahnya, “Para ulama yang mengerti hadits dan kaum beriman telah bersepakat bahwa Rasulullah ﷺ melakukan isra‘ (perjalanan malam) dari al-Masjidil Haram ke al-Masjidil Aqsha kemudian dinaikkan ke langit dengan jasad dan rohnya lalu kembali malam itu juga ke Makkah sebelumsubuh.” (Al-Iqtishad fil I’tiqad)

Imam Abul Hasan al-Asy’ari rahimahullah mengatakan, “Mereka (ulama salaf) telah bersepakat bahwa beriman dengan berita isra‘ Nabi n ke langit adalah wajib.” (Risalah ila Ahli Tsaghar)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement