Kamis 16 Feb 2023 01:35 WIB

Kunci BRI Lakukan Transformasi Pascapandemi

Pandemi Covid-19 mendorong transformasi yang dilakukan BRI

Direktur Utama BRI Sunarso dinobatkan sebagai CEO of The Year 2022. BRI melakukan tranformasi digital dan kultural pascapandemi
Foto: BRI
Direktur Utama BRI Sunarso dinobatkan sebagai CEO of The Year 2022. BRI melakukan tranformasi digital dan kultural pascapandemi

REPUBLIKA.CO.ID, Gita Mariana sudah 10 tahun bekerja di BRI. Selama itu pula ia merasakan dinamika yang terjadi di dunia perbankan tak terkecuali ketika pandemi Covid-19 melanda tanah air. Gita ingat betul bagaimana rasanya harus beradaptasi dengan cepat dengan perubahan tak terduga.

Kepada Republika, Gita menceritakan sepinya bank dari kunjungan nasabah karena takut tertular virus mematikan. Gita juga ingat perubahan-perubahan yang terjadi di kantor tempatnya bekerja di BRI Kantor Cabang Pembantu Kepandean, Serang, Banten. Misalnya saja pengaturan dan pembatasan jumlah nasabah hingga diwajibkannya memakai masker dan mencuci tangan dengan hand sanitizer.  Ia mengatakan BRI cukup tegas untuk menerapkan aturan tersebut. Hal itu tak lain demi kenyamanan dan keselamatan nasabah serta para karyawan BRI itu sendiri.

Tak hanya itu, perubahan mendasar pun terjadi dari segi pelayanan. Gita mengatakan BRI melakukan banyak penyesuaian untuk merespons situasi dan kondisi yang sedang terjadi. Termasuk mendorong karyawannya untuk putar otak, mengeluarkan potensi terbaik serta berkompetisi secara sehat.

“Waktu pandemi, kita berubah drastis. Misalnya saja, biasanya kita karyawan ada kunjungan ke nasabah tapi saat pandemic caranya berubah jadi by phone. Untuk pembukaan rekening atau transaksi lainnya pun para nasabah diarahkan untuk beralih via online atau digital,” katanya saat ditemui Republika, Jumat (10/2/2023).

BRI, lanjutnya, memberikan perhatian serius untuk digitalisasi yang secara tak langsung ikut mengubah dan menciptakan kultur baru ditempatnya bekerja. Banyak program atau produk BRI yang lebih dipromosikan lewat media sosial ataupun SMS blast. Menurutnya, hal ini membuat karyawan harus menyesuaikan diri dan terus belajar yang pada akhirnya akan mendongkrak kinerja BRI.  

Namun, Gita mengakui ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi. Yang utama adalah tak semua nasabah sudah melek teknologi. Untuk itu edukasi kepada nasabah harus terus dilakukan. Menurutnya, meski BRI mendorong digitalisasi tetapi pelayanan konvensional juga harus dilakukan secara profesional.

“Harus diakui, nasabah BRI itu bervariasi dan berasal dari berbagai kalangan. Jadi tidak semua sudah melek teknologi. Tugas kita harus terus membantu dan mengedukasi para nasabah tersebut. Artinya, cara konvensional tetap dilakukan tetapi di saat yang sama juga mendorong mereka untuk go digital. Ini butuh proses dan butuh waktu,” kata Gita.

Kini, setelah pandemi dinyatakan usai, cara kerja yang diterapkan selama pandemi atau tiga tahun terakhir terus berlanjut. Pandemi telah “memaksa” BRI untuk fokus pada digitalisasi sekaligus menciptakan kultur baru di internal BRI itu sendiri. Pandemi nyatanya menjadi salah satu jalan bagi BRI untuk memberikan pelayanan terbaik dan mendorong transformasi.

“Kebijakan ketika pandemi dan setelah pandemi masih sama. Justru BRI terus mendorong nasabah untuk melakukan berbagai transaksi lewat digital atau online. Tujuannya agar nasabah membiasakan diri transaksi secara online agar lebih mudah dan modern. Karena membentuk kebiasaan nasabah itu tak mudah dan membutuhkan waktu yang lama. Begitu juga dengan karyawan yang secara tidak langsung diajak untuk terus belajar dan mengeluarkan potensi terbaik serta berkompetisi secara sehat,” katanya.

Direktur Utama BRI, Sunarso membenarkan adanya banyak perubahan yang dilakukan BRI ketika pandemi melanda tanah air. Ia mengatakan pandemi mempercepat akselerasi transformasi digital dan kultural di tubuh BRI.

“Transformasi kita difokuskan pada dua area. Pertama, transformasi digital dan transformasi cultural,” katanya pada September 2022.

Ia menjelaskan, tranformasi digital diarahkan pada dua sasaran. Pertama mendigitalkan business process agar lebih efisien untuk mendapatkan efisiensi. Kedua, BRI berusaha menciptakan nilai baru melalui digitalisasi.

“Transformasi yang dilakukan BRI difokuskan pada dua area utara yakni digital dan kultur. Transformasi digital dilakukan dengan fokus untuk mendapatkan efisiensi melalui digitalisasi proses bisnis dan menciptakan value baru melalui new bussines model,” katanya.

Sementara itu, untuk transformasi kultural, BRI mengarahkan agar tercipta performance driven culture. Artinya, budaya berbasis kinerja yang dibangun dengan performance management system dan management information system yang didukung oleh data yang valid dan akurat. Sederhananya, BRI mendorong agar setiap insan BRIlian atau pekerja BRI harus mampu merancang dan merencanakan suksesnya sendiri.

Tugas perusahaan, lanjutnya, hanya menyediakan lapangan untuk berkompetisi secara sehat kemudian menyediakan aturan main berupa system dan menyediakan penghargaan atau reward. Dengan begitu, tercipta pula kompetisi yang sehat antar pekerja BRI.

“Pada akhirnya, semua orang bisa mengeluarkan potensi terbaiknya dan pada akhirnya bisa kita akumulasikan menjadi potensi terbaik BRI,” katanya.

Sunarso juga menekankan hal yang tak kalah penting adalah governance. BRI, lanjutnya, berusaha mengolah bank dan grupnya dengan governance yang baik.

Sementara itu, Menteri BUMN, Erick Tohir mengakui keberhasilan BRI dalam melakukan transformasi. "Keberhasilan BRI pada tahun lalu dengan laba Rp51,4 triliun tak lepas dari transformasi yang dilakukan, sehingga berbuah efisiensi. Efisiensi ini akan terus kita dorong kepada seluruh perusahaan BUMN sebagai upaya untuk menghadapi tantangan dan ketidakpastian ekonomi ke depan," kata Erick dalam keterangannya dikutip Kamis (9/2/2023).

Kinerja BRI yang cemerlang, kata dia, menunjukkan adanya konsolidasi, efisiensi dan fokus pembangunan ekosistem. Erick juga menjelaskan BRI telah menjadi salah satu agen pembangunan yang memberi impact besar kepada masyarakat.

"BRI sebagai induk holding ultra mikro saat ini telah mengintegrasikan 34 juta nasabah mikro dan ultra mikro. Hal ini sejalan dengan semangat BRI untuk melayani masyarakat sebanyak-banyaknya dengan cara seefisien mungkin," ucapnya.

Kunci Utama BRI Menghadapi Pandemi

Akibat pandemic 2020, BRI beradaptasi dengan rencana kerja 2021-2025. Ada dua produk utama yang menopang transformasi digital yang dilakukan BRI selama pandemi yakni BRImo dan BRIspot. BRImo adalah layanan utama untuk digital banking. Ini adalah produk andalan untuk melayani nasabah-nasabah yang sudah dan berkeinginan melek teknologi. BRImo mampu mencatatkan pertumbuhan signifikan selama pandemic. Pada akhir tahun lalu, nilai transaksi yang dicatatkan BRImo yang sudah sudah sekitar Rp 2.669 triliun.

Kedua, BRIspot yang menjadi aplikasi untuk memproses permintaan-permintaan nasabah dalam mengajukan pinjaman dan kredit. Dengan BRIspot, proses booking kredit mikro meningkat dari Rp2,5 triliun per bulan menjadi lebih dari Rp4 triliun per bulan. Selain itu, proses kredit juga menjadi jauh lebih cepat, dari sebelumnya dua minggu menjadi rata-rata dua hari, bahkan lebih cepat.

Selain itu, BRI juga berhasil menciptakan new business model dari transformasi digital yang dilakukan yakni layanan perbankan melalui agen yang dinamakan Agen BRILink. Volume transaksi yang berhasil dicetak Agen BRILink telah menembus Rp1000 triliun tahun lalu.

Hal itu membuktikan upaya BRI untuk memperluas penetrasi produk perbankan ke daerah membuahkan hasil. Transaksi finansial melalui AgenBRILink di sepanjang tahun 2022 nyaris tembus Rp 1,3 kuadriliun atau tepatnya mencapai Rp 1.297 triliun.

“Ini jadi angka yang fantastis di tengah proses akselerasi akses produk perbankan di masyarakat daerah, yang jadi fokus penetrasi BRI,” ungkap Direktur Utama BRI Sunarso melalui keterangan resmi, Sabtu (4/2/2023).

Hingga akhir Desember 2022, tercatat BRI memiliki 627 ribu Agen BRILink. Sementara pada akhir Desember 2021 lalu jumlah Agen BRILink tercatat sebanyak 540 ribu Agen. Artinya, apabila di rata rata dalam setahun, per hari terdapat 240 orang bergabung menjadi AgenBRILink.

Menurut Sunarso, AgenBRILink menghasilkan sharing economy bagi masyarakat. Sepanjang tahun 2022, AgenBRILink berhasil menyumbangkan Fee Based Income bagi BRI sebesar Rp 1,4 triliun. Sementara fee yang diterima oleh agen bisa sekitar 2 sampai 3 kali, yaitu sebesar Rp 3 triliun sampai dengan Rp 4 triliun.

Keberadaan Agen BRILink juga memberikan dampak positif terhadap penghimpunan dana murah (CASA yang terdiri dari Giro dan Tabungan) bagi perseroan. Tercatat dana murah yang berhasil dihimpun hingga akhir Desember 2022 sebesar Rp 20,6 triliun.

“Peran AgenBRILink akan terus didorong untuk memperluas customer base dari BRI dan BRI Group, utamanya terkait Holding Ultra Mikro,” imbuh Sunarso.

Saat ini layanan AgenBRILink telah menjangkau 58.896 desa di seluruh pelosok Indonesia. Artinya, Agen BRILink telah menjangkau setidaknya 77 persen total desa yang ada di Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement