Selasa 14 Feb 2023 19:56 WIB

Kunjungi Korban Gempa Jayapura, Mensos Janjikan Bantuan untuk Anak

Risma menjanjikan bantuan pemerintah bagi anak-anak, terutama untuk pendidikan.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Mansyur Faqih
Menteri Sosial Tri Rismaharini mengunjungi penanganan dampak gempa Black Swan di Jayapura, Selasa (14/2/2023).
Foto: Zainur Mahsir Ramadhan/Republika
Menteri Sosial Tri Rismaharini mengunjungi penanganan dampak gempa Black Swan di Jayapura, Selasa (14/2/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Sosial Tri Rismaharini mengunjungi penanganan dampak gempa Black Swan di Jayapura, Selasa (14/2/2023). Selain menyerahkan bantuan logistik, dia juga menyerahkan bantuan lainnya yang dibutuhkan akibat bencana yang terjadi pada Kamis (9/2/2023) lalu.

“Sesuai aturan itu Rp 15 juta per kepala,” kata Risma dalam kunjungan di Jayapura, Selasa (14/2/2023).

Risma juga memberikan bantuan sembako. Bahkan, dia juga menjanjikan bantuan pemerintah bagi anak-anak terdampak bencana, terutama untuk pendidikan.

“Kalau ada anaknya kita akan bantu juga supaya dapat bantuan dari pemerintah,” kata dia.

Dia menambahkan, ke depan perlu ada kerja sama dengan daerah untuk menyiagakan lebih banyak tempat dan tenda agar tidak ada korban. Dia mengaku, telah meminta langsung kepada pemda setempat.

Nah karena itu kita memang harus latih supaya begitu ada gempa langsung keluar dan nanti tidur di tenda, terutama kalau malam hari,” kata Risma.

Menurut dia, kementerian sudah melakukan langkah itu di Jawa Barat. Berdasarkan pemaparan Risma, dengan cara itu, warga terdampak akan mengungsi pada malam hari dan kembali pada pagi hari.

Sebelumnya, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengungkapkan, rentetan gempa yang terjadi di Jayapura, Papua merupakan fenomena Black Swan Earthquakes. Dia menjelaskan, kejaian itu merupakan fenomena langka dan sulit diprediksi.

Daryono menjelaskan, fenomena Black Swan Earthquakes seperti di Jayapura pernah terjadi sebelumnya, yaitu peristiwa gempa bumi di Ambon-Haruku pada akhir 2019. Saat itu, gempa mengguncang lebih dari 2.500 kali.

"Pernah terjadi di Ambon-Haruku akhir 2019, terus meneror, dan beberapa bulan kemudian selesai karena akumulasi stresnya sudah release semua, kemudian aman," kata Daryono.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement