Jumat 10 Feb 2023 23:33 WIB

Ibu Pasien Gagal Ginjal Akut: Masih Adakah Harapan untuk Anak Saya?

Ibu pasien gagal ginjal akut mempertanyakan apakah masih ada harapan untuk anaknya.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Bilal Ramadhan
Diskusi publik dan media briefing Kasus Gagal Ginjal Akut Baru dan Kejadian Luar Biasa di Sadjoe Resto dan Cafe di Tebet, Jakarta, Kamis (9/2/2023). Di acara ini, ibu pasien gagal ginjal akut mempertanyakan apakah masih ada harapan untuk anaknya.
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Diskusi publik dan media briefing Kasus Gagal Ginjal Akut Baru dan Kejadian Luar Biasa di Sadjoe Resto dan Cafe di Tebet, Jakarta, Kamis (9/2/2023). Di acara ini, ibu pasien gagal ginjal akut mempertanyakan apakah masih ada harapan untuk anaknya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suara Desi Permatasari, ibu dari Sheena, bocah pasien Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) mulai bergetar dan perlahan parau saat kembali menceritakan kondisi putrinya yang kini masih terbaring kaku di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Sheena merupakan salah satu pasien GGAPA usai meminum paracetamol sirop produksi PT Afi Farma yang tercemar etilen (EG) dan dietilen glikol (DEG) melebihi batas ambang aman pada September lalu.

Baca Juga

Desi menyampaikan bagaimana cemaran dalam obat tersebut membuat Sheena sempat henti napas, koma dan kini kehilangan kemampuan merespon.  

"Dokter bilang karena racun itu sudah menyebar ke otak Sheena ke sel otak, Sheena akan seperti ini, akan terus seperti ini, nggak respon badannya dia kaku, dia makanya lewat selang, napas pakai alat bantu," kata Desi perlahan terisak saat berbagi cerita.

Desi pun menceritakan awal mula putrinya mengkonsumsi obat yang naasnya justru meracuni tubuh balita mungilnya berusia 4 tahun tersebut. Saat September lalu, Desi membawa Shena ke rumah sakit swasta di Bekasi karena mengalami demam disertai flu dan batuk.

Oleh dokter, Sheena diresepi obat demam yang belakangan tercemar EG dan DEG tersebut. Dua hari menkonsumsi obat tersebut, cemaran mulai bereaksi yang ditandai Sheena mengalami diare dan muntah. Kemudian, keluhan lainnya Sheena tidak bisa buang air kecil.

"Dia bilang Bunda mau pipis, tapi nggak bisa keluar pipisnya, saya nggak pikir macam-macam saat itu, saya pikir dia dehidrasi. Besoknya dibawa ke RS yang sama, sempat dirawat semalam untuk cek urine ternyata tidak keluar, besok dicek darahnya ternyata urine kretininnya tinggi, lalu dirujuk ke RSCM," lanjut Desi.

Saat dirujuk ke RSCM, saat itu Sheena dirawat di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) selama dua hari dengan kondisi tanpa alat bantu dan masih berkomunikasi. Saat itu, keluhan Sheena hanya tidak bisa buang air kecil dan usai menjalani dua kali cuci darah, urine sudah keluar sehingga dirawat ke perawatan biasa.

Namun, setelah empat hari Sheena justru mengalami henti napas sehingga harus kembali dirawat di PICU dan kali ini menggunakan bantuan ventilator untuk bernapas. Saat itu, dokter menyatakan kondisi Sheena menurun sehingga tidak bisa melakukan cuci darah.

"Kondisinya menurun, Sheena koma, dia pendarahan hebat dari mulut hidung, dokter bilang Sheena koma dan kondisinya berat, sangat kecil kemungkinan kembali," tutur Desi terisak.

Kondisi Sheena yang koma itu berlangsung hingga 1,5 bulan dan di PICU dua bulan hingga kini Sheena dirawat di kamar inap biasa. Meski telah sadar, namun, kondisi Sheena saat ini masih belum merespon.

Tubuhnya kaku, Shenna juga kehilangan kemampuan berbicara, bergerak dan merespon. Namun demikian, dalam waktu dekat Sheena akan dipulangkan. Ini karena kondisinya yang tidak ada lagi keluhan.

"Saya pengen Sheena pulang, harapan saya dia dibawa pulang dengan sehat sempurna tetapi kenyataannya dokter bilang Sheena nggak bisa kembali seperti dulu lagi, saya masih belum terima kalau menerima kenyataannya kalau Sheena itu lumpuh," kata Desi.

Karena itu, Desi terus mengupayakan keadilan dan terpenting kesembuhan untuk Sheena. Sebab, hingga saat ini, kata Desi, tidak ada jaminan atau penjelasan terkait kelanjutan pengobatan untuk kasus Sheena setelah dibawa pulang.

Desi mempertanyakan kepedulian dan tanggungjawab Pemerintah dan pihak terkait lainnya terhadap kasus keracunan obat yang terjadi pada putrinya.

"Saya ingin perjuangkan Sheena, Sheena kan begini karena keracunan obat, dibilang syaraf otaknya sudah rusak, yang saya ingin tanyakan, apakah nggak ada cara lagi untuk Sheena, kalau ada cara untuk Sheena bisa kembali," ujarnya.

Desi juga mewakili keluarga pasien GGAPA yang mengalami kasus yang sama meminta pihak-pihak untuk bertanggung jawab atas kondisi yang terjadi pada Sheena dan lainnya. Meskipun kondisi ginjalnya sudah membaik, tetapi efek cemaran obat tersebut sudah menyebar di bagian tubuh lainnya.

"Besar harapan saya harus ada yang bertanggung jawab untuk Sheena, harus ada jaminan kalau Sheena pulang, pengobatan lanjutan untuk Sheena, saya nggak mau kalau dibilang sudah nggak ada cara," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement