Kamis 09 Feb 2023 21:00 WIB

Indonesia-Australia Bahas Isu Pertahanan dan Keamanan Kawasan

Kawasan Indo Pasifik diwarnai oleh ketegangan AS-Cina yang kian meningkat.

(Ki-ka) Wakil Perdana Menteri Australia Richard Marles, Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong, Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi dan Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto berfoto pada Pertemuan Menteri Luar Negeri dan Pertahanan Australia-Indonesia 2+2 ke-8 di Gedung Parlemen di Canberra , Australia, (9/2/2023).
Foto: EPA-EFE/LUKAS COCH
(Ki-ka) Wakil Perdana Menteri Australia Richard Marles, Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong, Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi dan Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto berfoto pada Pertemuan Menteri Luar Negeri dan Pertahanan Australia-Indonesia 2+2 ke-8 di Gedung Parlemen di Canberra , Australia, (9/2/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Menteri Luar Negeri RI RetnoMarsudipada Kamis mengatakan Indonesia dan Australia telah membahas isu pertahanan dan keamanan di kawasan dalam pertemuan 2+2 menteri luar negeri dan menteri pertahanan dari kedua negara.

Pertemuan yang digelar pada Rabu (8/2/2023) itu dihadiri oleh Retno, Menhan RI Prabowo, Menlu Australia Penny Wong, dan Menhan Australia Richard Marles.

Baca Juga

Retno mengatakan pertemuan tersebut sangat penting untuk membahas dinamika dan kompetisi di antara kekuatan-kekuatan utama di kawasan, juga keamanan maritim, baik di ASEAN maupun Pasifik. Dia mengatakan dirinyamenyampaikan bahwa Indonesia khawatir terhadap meningkatnya rivalitas di kawasan.

"Jika tidak dikelola dengan baik, rivalitas tersebut dapat menjadi konflik terbuka yang sangat berdampak terhadap kawasan," kata Retno dalam pengarahan pers secara virtual dari Canberra, Kamis (9/2/2023).

Indonesia juga terus mengajak Australia agar bersama-sama dapat menjadi kekuatan yang mendukung dalam menjaga kawasan Indo-Pasifik yang damai, stabil, dan sejahtera. Retno juga menyampaikan kembali cara pandang di Indo-Pasifik, yang mengedepankan kerja sama inklusif di bidang ekonomi dan pembangunan, alih-alih kompetisi dan rivalitas.

"Harapannya dengan kerja sama inklusif, ketegangan ini dapat diturunkan," ujar Retno.

Pada pertemuan 2+2 itu, Retno juga menekankan pentingnya penghormatan terhadap hukum internasional, terutama UNCLOS 1982, untuk menjadikan laut sebagai kekuatan yang mendukung perdamaian dan kemakmuran. Pernyataan tersebut salah satunya mengacu pada sengketa di Laut Cina Selatan (LCS), yang hingga saat ini masih terus berlangsung, bahkan diwarnai oleh ketegangan AS-Cina yang kian meningkat.

Cina, yang mengeklaim sebagian besar LCS berada di bawah kedaulatannya, semakin agresif dari waktu ke waktu, salah satunya dengan melakukan reklamasi pulau yang membuat hubungannyadengan beberapa negara anggota ASEAN semakin panas.

Selain Cina, setidaknya ada lima negara lain yang terlibat sengketa di LCS, yakni Filipina, Brunei Darussalam, Malaysia, Vietnam, dan Taiwan. Untuk itu, Retno berharap dukungan Australia untuk menciptakan kondisi yang kondusif di kawasan itu.

"Terkait kebijakan pertahanan dan keamanan, saya tegaskan bahwa upaya kita untuk meningkatkan pertahanan dan keamanan nasional harus dilakukan sebagai building block dalam menciptakan stabilitas dan perdamaian di kawasan yang lebih luas," tuturnya.

Indonesia, kata Retno, juga menyampaikan kembali pentingnya transparansi kerja sama AUKUS, pakta pertahanan trilateral antara Australia, Inggris dan Amerika Serikat. Hal itu dilakukan demi menjaga perairan kawasan sebagai tempat yang damai, terbebas dari konflik bersenjata dan nuklir, katanya.

AUKUS, yang disepakati pada September 2021, bertujuan menjaga stabilitas keamanan dan perdamaian di kawasan Indo-Pasifik, salah satunya dengan pengembangan kapal selam bertenaga nuklir. Indonesia khawatir kehadiran AUKUS hanya akan meningkatkan ketegangan dan perlombaan senjata di antara negara-negara adidaya yang berpotensi mengancam kestabilan dan keamanan di kawasan.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement