Rabu 08 Feb 2023 19:40 WIB

Unkris Himpun Masukan Berbagai Pihak Terkait Konsep Pembangunan Kampung Sejuta Anggrek

Kampung itu tak hanya memperindah lingkungan tapi juga memberi nilai ekonomi warga.

Para peserta Focus Group Discussion (FGD) Kolaborasi Lintas Program Studi Universitas Krisnadwipayana (Unkris) yang digelar di Kecamatan Pasar Rebo pada Senin (6/2/2023).
Foto: Dok.unkris
Para peserta Focus Group Discussion (FGD) Kolaborasi Lintas Program Studi Universitas Krisnadwipayana (Unkris) yang digelar di Kecamatan Pasar Rebo pada Senin (6/2/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Universitas Krisnadwipayana (Unkris) melalui kegiatan pengabdian masyarakat (pengmas) berupaya menghimpun masukan dari berbagai pihak terutama kalangan akademisi terkait konsep pembangunan Kampung Sejuta Anggrek di Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Upaya tersebut dilakukan melalui kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Kolaborasi Lintas Program Studi yang digelar di Kecamatan Pasar Rebo pada Senin (6/2/2023).

FGD bertema "Sinergi dan Kolaborasi Fakultas Teknik Lintas Prodi dalam Mewujudkan Sapta Pesona bagi Agro Bisnis dan Agrowisata Kampung Sejuta Anggrek" tersebut melibatkan dosen dari berbagai program studi, Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Unkris, perwakilan unit lembaga Pengmas Fakultas Ekonomi dan FIA Unkris, perwakilan aparat dari lima kelurahan di Pasar Rebo, aparat kecamatan, dan Puskesmas Pasar Rebo.

FGD yang dimoderatori oleh Gita Puspa A, ST MT tersebut menjadi bagian dari kegiatan pengabdian pada masyarakat Unkris yang terintegrasi dengan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) berbasis Indikator Kinerja Utama (IKU) perguruan tinggi.

Tampil sebagai narasumber Dr Susetya Herawati dari Prodi Kajian Pembangunan Perkotaan dan Wilayah (KPPW), Ir. Reny Savitri, MT dari Prodi PWK, Dr. Achmad Pahrul Roji, ST. MT dari Prodi Teknik Sipil, dan Zulkarnaen, ST. MT dari Prodi Teknik Arsitektur.

Dalam sambutan pengantarnya, Camat Pasar Rebo Mujiono menjelaskan, Kecamatan Pasar Rebo yang terdiri atas lima kelurahan, yakni kelurahan Gedong, Cijantung, Baru, Kalisari, dan Pekayon, akan dijadikan sebagai wilayah Kampung Sejuta Anggrek. Untuk mewujudkannya, dibutuhkan kolaborasi tidak hanya lintas-kelurahan, tetapi juga dengan kalangan akademisi dan perguruan tinggi.

“Kami menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Unkris yang telah memberikan sumbangan ide dan pemikiran guna mewujudkan Kecamatan Pasar Rebo sebagai Kampung Sejuta Anggrek,” kata Mujiono.

Pengembangan Kampung Sejuta Anggrek tersebut memiliki konsep sebagai agrobisnis dan agroeduwisata, yang diharapkan tidak hanya memperindah lingkungan tetapi juga memberi nilai ekonomi bagi warga. “Saat ini Kebon Anggrek baru diterapkan di lahan sekitar kantor Kecamatan Pasar Rebo dan kantor kelurahan. Namun nantinya semua rumah tangga wajib menanam anggrek di lahan yang ada,” kata Mujiono.

Hal senada disampaikan Dekan FT Unkris Dr. Harjono Padmono Putro yang diwakili oleh Ketua Pengmas Unit Fakultas Teknik Ir. Sutaryo, M.Si. Menurutnya, kehadiran akademisi berkolaborasi dengan pihak Kecamatan Pasar Rebo menjadi faktor yang dapat melengkapi inovasi dan budaya kerja.

Kehadiran prodi lain pada kegiatan Pengmas FT Unkris, lanjut Harjono, merupakan bentuk kolaborasi dan sinergi yang melibatkan dosen dan mahasiswa secara berkelanjutan. Sinergi tersebut mulai dari perencanaan, kajian regulasi, hingga tingkat perancangan arsitektur lokasi pusat pemasaran anggrek.

Sementara itu, Susetya Herawati yang juga Ketua LPM Unkris, dalam materinya berjudul "Menumbuhkan Kesadaran Kesehatan Lingkungan Melalui implementasi Sanitasi Sesuai Baku Mutu Limbah Domestik" menjelaskan pentingnya pelibatan masyarakat dalam merealisasikan pembangunan agrowisata dan agroeduwisata Kampung Sejuta Anggrek.

“Pengembangan agrobisnis dan agroeduwisata tidak bisa lepas dari manusia sebagai individu, subyek yang memiliki kampung, pelaku utama serta pengelola harian dari agrobisnis dan agroeduwisata,” jelas Herawati.

Herawati juga mengingatkan beberapa persoalan yang harus diantisipasi dalam pengembangan agrowisata, di antaranya terkait pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah masyarakat. Sebab, masih banyak masyarakat yang memiliki kesadaran rendah untuk menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan. “Ini tentu harus diperhitungkan matang,” lanjutnya.

Reny Savitri melalui paparannya berjudul "Pengembangan RTH dan Potensi Sumur Resapan Air di Kecamatan Pasar Rebo" menyoroti pentingnya identifikasi potensi ruang terbuka hijau (RTH) dan pembangunan sumur resapan. Dalam pengembangan agro wisata, dua hal tersebut tidak bisa diabaikan mengingat Pasar Rebo mencatat beberapa wilayah yang rawan banjir.

Sepakat dengan itu, Achmad Pahrur Rodji melalui paparannya berjudul "Sosialisasi Titik Lokasi Sumur Resapan Air di Kawasan Permukiman" menyebut beberapa manfaat dari sumur resapan. Di antaranya untuk pelestarian sumber daya air tanah, perbaikan kualitas lingkungan dan membudayakan kesadaran lingkungan, membantu menanggulangi kekurangan air bersih, menjaga keseimbangan air di dalam tanah dalam sistem akuifer pantai, mengurangi limpasan permukaan air hujan (runoff) dan erosi tanah serta menanggulangi banjir.

Zulkarnaen melalui materinya tentang "Perancangan Arsitektur Pusat Pemasaran Anggrek di Jalan Guru Serih Kelurahan Kalisari" menyoroti pentingnya aspek perencanaan budidaya dan eduwisata Kampung Sejuta Anggrek di kecamatan Pasar Rebo. Ini meliputi data identitas tanah, ketentuan intensitas pemanfaatan ruang mengacu RDTR, data ekisting lahan, konsep perancangan proses kegiatan kebutuhan ruang, hingga kegiatan pemasaran anggrek.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement