Rabu 08 Feb 2023 08:21 WIB

Banyak Pengangguran, Indonesia Hasilkan Tiga Juta Angkatan Kerja per Tahun

Kapasitas atau kemampuan untuk menampung angkatan kerja belum seimbang

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Lida Puspaningtyas
Pencari kerja mengunjungi stan sejumlah perusahaan saat kegiatan Jakarta Job Fair di Pusat Grosir Cililitan (PGC), Jakarta, Rabu (12/10/2022). Sebanyak 5.000 lowongan pekerjaan dari 40 perusahaan ditawarkan dalam bursa kerja tersebut sebagai upaya penyerapan angka kerja dalam mengatasi pengangguran. Bursa kerja tersebut belangsung selama 2 hari dari tanggal 11-12 Oktober 2022 dengan jumlah pendaftar hingga 8.000 peserta. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pencari kerja mengunjungi stan sejumlah perusahaan saat kegiatan Jakarta Job Fair di Pusat Grosir Cililitan (PGC), Jakarta, Rabu (12/10/2022). Sebanyak 5.000 lowongan pekerjaan dari 40 perusahaan ditawarkan dalam bursa kerja tersebut sebagai upaya penyerapan angka kerja dalam mengatasi pengangguran. Bursa kerja tersebut belangsung selama 2 hari dari tanggal 11-12 Oktober 2022 dengan jumlah pendaftar hingga 8.000 peserta. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan, Anwar Sanusi mengungkapkan, setiap tahun Indonesia menghasilkan angkatan kerja dari lulusan SMA/SMK atau lembaga pendidikan tinggi, program diploma, politeknik maupun unversitas yang jumlahnya mencapai tiga juta orang. Padahal, kapasitas atau kemampuan untuk menampung angkatan kerja dengan pasar kerja belum seimbang.

"Kalau pun berimbang, pasti ada persoalan terutama kesesuaian kompetensi, keterampilan antara calon pekerja dengan tuntutan pekerjaan," ujarnya dalam keterangan dikutip Selasa (7/2/2023).

Baca Juga

Ia berpendapat, menghadapi bonus demografi mendatang, perlunya memberikan keahlian dan keterampilan kepada tenaga kerja usia produktif yang memiliki energi besar agar mampu menghadapi tantangan dan kompetisi di pasar kerja. Sehingga, bila tak dibekali keahilan dan keterampilan yang cukup untuk berkompetisi, maka tenaga kerja akan kehilangan kesempatan untuk memenangkan pertarungan di pasar kerja.

Tak hanya itu, persaingan tenaga kerja Indonesia saat ini, bukan hanya menghadapi tenaga kerja Indonesia, melainkan juga dengan tenaga kerja di luar Indonesia. Karenanya, untuk memenangkan persaingan tersebut, perlu membekali keahlian dan keterampilan yang cukup kepada tenaga kerja usia produktif agar mampu memenangkan persaingan global di pasar kerja.

"Kita tak mungkin menutup pintu Indonesia untuk tak menerima tenaga kerja orang-orang di luar Indonesia karena di saat bersamaan, kita pun membanjiri pasar-pasar tenaga kerja di luar negeri. Hanya orang mampu dengan bekal cukup kompetisi dan memiliki keterampilan khusus, yang akan memenangkan persaingan tersebut," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement