Selasa 07 Feb 2023 11:27 WIB

Masuki Abad Kedua, Rais Aam PBNU: Jangan Mudah Terbawa Arus Pihak Luar

NU di abad kedua harus semakin maju dan menjadi organisasi yang lebih solid.

Rep: Muhyiddin/ Red: Erdy Nasrul
Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (kedua kiri) bersama KH Abdullah Kafabihi (kiri), dan Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah (kanan) berdoa saat tasyakuran satu abad NU di Kantor DPP PKB, Jakarta, Ahad (5/2/2023). Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menggelar tasyakuran memperingati Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU) dengan istighotsah dan pemotongan 100 tumpeng.
Foto: ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (kedua kiri) bersama KH Abdullah Kafabihi (kiri), dan Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah (kanan) berdoa saat tasyakuran satu abad NU di Kantor DPP PKB, Jakarta, Ahad (5/2/2023). Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menggelar tasyakuran memperingati Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU) dengan istighotsah dan pemotongan 100 tumpeng.

REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Miftachul Akhyar menyampaikan pidato dalam Resepsi Puncak Satu Abad NU yang digelar di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (7/2/2023). Memasuki abad kedua NU, menurut dia, warga Nahdliyin harus memiliki hati dan otak yang berlipat ganda.

"Kita memasuki abad kedua, kita harus punya hati dan otak doubel ibarat mobil punya dua gardan yang siap menggerakkan seluruh anggotanya, elemen-elemennya, dan untuk mendapatkan energi kekuatan di dalam memasuki abad kedua ini," ujar Kiai Miftach di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (7/2/2023).

Baca Juga

Memasuki abad kedua NU, menurut dia, Nahdliyin perlu menata mental yang lebih kuat lagi dan tidak mudah terbawa arus pihak luar. Ini lah prinsip yang harus ditanamkan kuat di dalam diri Nahdliyin dan bekal yang harus dimiliki warga NU untuk mengarungi abad kedua NU.

Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya ini menegaskan bahwa hal itu juga merupakan cita-cita para ulama NU dan pendiri atau muassis NU didasarkan pada Hadis Nabi Muhammad SAW.

 

“Janganlah kalian menjadi Imma’ah; kalian berkata: jika orang-orang baik, kami pun ikut baik. Dan jika mereka zalim kami pun ikut zalim. Tetapi siapkan diri kalian (untuk menerima kebenaran dan kebaikan). Jika orang-orang baik, kalian harus baik; dan jika mereka rusak, kalian jangan menjadi orang zalim.” (HR Tirmidzi). 

Menurut Kiai Miftach, hadis itu harus diperhatikan warga NU saat ini agar NU di abad kedua makin maju dan menjadi organisasi yang lebih solid.

"Saudaraku, tentu saya yakin para muassis NU hadir di tengah kita, menyaksikan kesanggupan kita untuk menyongsong abad kedua ini, untuk lebih baik menjadi organisasi yang sistemik, organisasi yang munadzom (tertata), organisasi yang satu komando," kata Kiai Miftah.

Di akhir pidatonya, dia pun berterima kasih kepada segenap jamaah yang telah menyukseskan Puncak Resepsi Satu Abad NU. Di abad keduanya ini, dia juga berharap NU semakin berkiprah untuk masyarakat.

"Terima kasih semuanya, terutama organisasi-organisasi kemasyarakatan, organisasi keislaman yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu. Terima kasih semuanya. Semoga kita di dalam menjalani 1 abad NU dan titik nol hari ini kita berangkat untuk menyongsong abad yang kedua, semoga diberikan maunah, kesehatan yang prima," jelasnya.

Puncak seabad NU

Resepsi Puncak Abad Kedua ini diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo dengan didampingi Wakil Presiden RI KH Ma'ruf Amin, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Kiai Miftachul Akhyar. Acara akbar ini juga dihadiri sejumlah tokoh dan ulama, Mustasyar PBNU KH Mustofa Bisri (Gus Mus), Presiden Kelima RI Megawati Soekarno Putri, Mantan Wapres Jusuf Kalla, dan ibu negara keempat Nyai Sinta Nuriyah Wahid.

Selain itu, hadir pula Prabowo Subianto, Ketua SC Harlah Satu Abad NU Erick Thohir, Ketua Pelaksana Harlah Satu Abad NU Yenny Wahid, Sekjen PBNU Saifullah Yusuf, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Panglima TNI, dan Kapolri. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement