Senin 06 Feb 2023 09:34 WIB

Menhan Ukraina Sebut Senjata Jarak Jauh Baru tidak akan Targetkan Rusia

Ukraina tidak akan menggunakan senjata jarak jauh baru untuk serang sasaran di Rusia

Rep: Amri Amrullah/ Red: Esthi Maharani
 Tentara Ukraina menembakkan senjata antipesawat ke posisi dekat Bakhmut, wilayah Donetsk, Ukraina timur,  Sabtu (4/2/2023), di tengah invasi Rusia. Prajurit Ukraina telah memasang senjata anti-pesawat S-60 era Soviet di truk untuk mobilitas dan kinerja pertempuran yang lebih baik. Kota garis depan Bakhmut, target utama pasukan Rusia, telah mengalami pertempuran sengit selama berbulan-bulan.
Foto: EPA-EFE/SERGEY SHESTAK
Tentara Ukraina menembakkan senjata antipesawat ke posisi dekat Bakhmut, wilayah Donetsk, Ukraina timur, Sabtu (4/2/2023), di tengah invasi Rusia. Prajurit Ukraina telah memasang senjata anti-pesawat S-60 era Soviet di truk untuk mobilitas dan kinerja pertempuran yang lebih baik. Kota garis depan Bakhmut, target utama pasukan Rusia, telah mengalami pertempuran sengit selama berbulan-bulan.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV - Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov mengatakan pada Ahad (5/2/2023) bahwa Kiev tidak akan menggunakan senjata jarak jauh baru dari Barat untuk menyerang sasaran di Rusia.

“Pada hari Jumat, mitra kami memutuskan untuk memberi kami senjata yang mampu menembak pada jarak 150 km. Kami selalu memberi tahu mitra kami bahwa kami berkewajiban untuk tidak menggunakan senjata mitra asing terhadap wilayah Rusia, hanya terhadap unit mereka di wilayah Ukraina yang diduduki sementara untuk tujuan merebut tanah kami,” katanya.

Amerika Serikat pada hari Jumat mengumumkan bantuan paket senjata dan amunisi baru senilai 2,2 miliar dolar AS untuk Ukraina. Bantuan itu, termasuk bom presisi berpeluncur roket baru yang hampir dapat menggandakan jangkauan serangan Kiev terhadap pasukan Rusia.

Bom itu berpotensi memberi pasukan Kiev kemampuan untuk menyerang di mana saja di wilayah Donbas, Zaporizhzhia, dan Kherson yang diduduki Rusia, serta bagian utara Krimea yang diduduki.

Prancis dan Italia diharapkan mengirimkan sistem rudal bergerak permukaan ke udara.

Dalam sebuah wawancara dengan mingguan Bild am Sonntag yang diterbitkan pada hari Ahad (5/2/2023), Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky setuju bahwa senjata yang dipasok oleh Barat tidak akan digunakan untuk menyerang wilayah Rusia.

Sementara itu, Reznikov juga mengatakan Kiev memperkirakan kemungkinan serangan Rusia akhir bulan ini.

Pada 24 Februari, Kremlin akan menandai satu tahun sejak Presiden Rusia Vladimir Putin mengirim pasukan ke Ukraina.

“Tidak semua senjata Barat” akan tiba pada saat kemungkinan serangan Rusia bulan ini, kata Reznikov, meskipun dia menambahkan bahwa Kiev memiliki sumber daya untuk membalasnya.

“Kami siap melawan balik,” katanya.

Namun dia juga mendesak sekutu Barat Kyiv untuk mengirim jet ke Ukraina untuk menghindari kehilangan lebih banyak nyawa dalam perang. "Saya yakin kami akan memenangkan perang ini, saya yakin kami akan membebaskan semua wilayah pendudukan," kata Reznikov kepada wartawan.

Tapi tanpa pengiriman jet Barat, kata Renikov, itu akan membuat Ukraina kehilangan lebih banyak nyawa. "Kita harus menghentikannya sekarang," tambahnya.

Pada Ahad, setidaknya dua rudal diluncurkan dari Belgorod di Rusia menghantam daerah pemukiman dan gedung universitas di kota Kharkiv di timur laut Ukraina, menyebabkan kerusakan parah dan melukai sedikitnya lima orang.

Ini terjadi setelah Ukraina mengatakan pihaknya telah melawan serangan baru Rusia di kota timur Bakhmut yang diperangi pada Sabtu.

“Minggu ini, pasukan pendudukan Rusia melakukan semua upaya mereka untuk menerobos pertahanan kami dan mengepung Bakhmut, dan melancarkan serangan yang kuat di sektor Lyman,” kata Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Hanna Malyar.

“Namun berkat ketangguhan tentara kami, mereka tidak berhasil,” tambahnya.

Layanan penjaga perbatasan Ukraina melaporkan bahwa tentaranya telah menghentikan serangan terbaru Rusia, dimana telah menewaskan empat orang dan melukai tujuh pasukan penyerang.

Rusia melepaskan gelombang pengeboman baru di garis depan timur pada Sabtu pagi. Pejabat Ukraina melaporkan penembakan di wilayah Chernihiv, Zaporizhzhia, Dnipro, Kharkiv, Luhansk, Donetsk, dan Mykolaiv.

Dalam pidato malamnya pada hari Sabtu ini, Zelensky mengakui bahwa situasinya semakin sulit. Rusia, kata dia, melempar lebih banyak kekuatannya untuk menghancurkan pertahanan Ukraina.

“Sangat sulit sekarang di Bakhmut, Vugledar, Lyman, dan daerah lainnya,” katanya merujuk pada kota-kota garis depan di timur negara itu.

Pada hari Jumat, pada pertemuan puncak yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan para pemimpin Uni Eropa di Kyiv, pemimpin Ukraina berjanji, Tidak ada yang akan menyerahkan Bakhmut. Ukraina dijanjikan akan dibantu berjuang semaksimal mungkin.

"Senjata jarak jauh yang lebih canggih yang dijanjikan oleh mitra Baratnya dapat membantu mengubah gelombang pertempuran di sana demi kepentingan Ukraina," tambah Zelensky.

Para pejabat di Kyiv mengatakan pada hari Sabtu terdapat jenazah dua warga Inggris yang terbunuh saat mencoba membantu orang-orang mengungsi dari zona perang timur telah ditemukan dalam pertukaran tahanan.

Mr Chris Parry, 28, dan Mr Andrew Bagshaw, 47, sedang melakukan pekerjaan sukarela di Soledar, di wilayah Donetsk Ukraina, ketika kendaraan mereka dilaporkan terkena peluru.

Mayat mereka dikembalikan ke otoritas Ukraina sebagai bagian dari pertukaran yang lebih luas, di mana Kyiv mendapatkan 116 tahanan dan Rusia 63. "Kami berhasil mengembalikan jenazah relawan asing yang tewas,” kata Kepala Staf Presiden Zelensky Andriy Yermak, menyebut mereka sebagai dua pria Inggris tersebut.

Kekhawatiran meningkat tentang nasib mereka setelah kepala kelompok tentara bayaran Rusia Wagner, yang membantu menangkap Soledar dari pasukan Ukraina, mengatakan pada 11 Januari, salah satu mayat pria yang hilang telah ditemukan di sana.

Bos Wagner Yevgeny Prigozhin juga telah menerbitkan foto-foto paspor online yang tampaknya milik Parry dan Bagshaw, yang diklaim ditemukan bersama mayat.

Pada hari Jumat, muncul berita tentang kematian seorang petugas medis Amerika yang terbunuh di Bakhmut ketika kendaraan evakuasinya terkena rudal.

Global Outreach Doctors, yang bekerja dengannya, mengatakan Pete Reed yang berusia 33 tahun, adalah mantan penembak jitu Korps Marinir AS yang juga bekerja sebagai paramedis.

Di sisi lain, perusahaan Ukrenergo, operator energi negara itu, melaporkan kecelakaan di gardu induk yang memasok kota dan wilayah Odesa.

Jaringan listrik di sana secara bertahap terdegradasi oleh pemboman Rusia yang berulang dalam beberapa bulan terakhir, tambahnya. Akibatnya, keandalan pasokan listrik di wilayah tersebut menurun.

“Sampai hari ini, hampir 500.000 pelanggan tidak mendapat pasokan listrik,” kata Maksym Marchenko, dari pemerintah daerah Odesa. Menteri Energi Herman Galushchenko mengatakan jumlahnya mencapai "sekitar sepertiga dari konsumen" di sana.

"Situasinya rumit, skala kecelakaannya signifikan," kata Perdana Menteri Denys Shmygal di aplikasi perpesanan Telegram.

Embargo baru

Pada Ahad, Rusia menghadapi kembali putaran sanksi baru, dengan embargo pengiriman kapal dari produk minyak sulingannya. Sudah pada bulan Desember, UE memberlakukan embargo pada minyak mentah Rusia yang masuk ke blok tersebut melalui laut dan – dengan mitra Kelompok Tujuh – mengenakan batas 60 dolar AS per barel pada ekspor minyak mentah Rusia ke bagian lain dunia.

Embargo baru dan batas harga yang dimulai pada hari Minggu akan menargetkan produk minyak sulingan Rusia seperti bensin, solar, dan bahan bakar pemanas yang tiba di kapal.

Di Brussel pada hari Jumat, UE, negara industri G-7, dan Australia sepakat untuk membatasi harga produk minyak sulingan Moskow.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen memperkirakan minggu lalu bahwa batas harga minyak mentah membebani Moskow sekitar 160 juta Euro setiap hari. Namun Kremlin juga telah memperingatkan bahwa tindakan tersebut akan mengguncang pasar dunia.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement