Jumat 03 Feb 2023 14:48 WIB

CreaBesT: Good Influencer, Good Influencer

CreaBesT dengan menghadirkan narasumber yang profesiol di bidang konten creator

Perusahaan startup Mandiri Digital Universe (MDU) atau NextOne bekerja sama dengan Kampus Digital Bisnis Universitas Nusa Mandiri (UNM) melangsungkan CreaBesT (Creative Business and Talent) dengan menghadirkan narasumber yang profesional di bidang konten creator.
Foto: Universitas Nusa Mandiri
Perusahaan startup Mandiri Digital Universe (MDU) atau NextOne bekerja sama dengan Kampus Digital Bisnis Universitas Nusa Mandiri (UNM) melangsungkan CreaBesT (Creative Business and Talent) dengan menghadirkan narasumber yang profesional di bidang konten creator.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Perusahaan startup Mandiri Digital Universe (MDU) atau NextOne bekerja sama dengan Kampus Digital Bisnis Universitas Nusa Mandiri (UNM) melangsungkan CreaBesT (Creative Business and Talent) dengan menghadirkan narasumber yang profesional di bidang konten creator.

Kegiatan yang berjalan selama tiga hari berturut-turut, yakni sejak 31 Januari hingga 2 Februari 2023 di Universitas Nusa Mandiri (UNM) kampus Margonda ini menghadirkan konten kreator MDU, yakni Ridan Nurfalah.

Baca Juga

Menurut Ridan dalam materinya bertajuk Good Influencer Good Influencer, untuk menjadi seorang influencer yang baik, maka harus memberi influence (pengaruh) yang baik pula.

“Ada sebanyak 86 persen remaja amerika yang ingin menjadi seorang media sosial influencer, bukan tanpa alasan tentunya. Melainkan karena penghasilan yang didapatkan juga tidak sedikit,” tutur Ridan dalam keterangan pers, Selasa (31/1/2023).

Ia menyebutkan berbagai alasan orang-orang menggunakan media sosial, antara lain menghindari FOMO (Fear of Missing Out), posting tentang kehidupan, berbagi pendapat, nonton livestream, mencari barang untuk dibeli, membaca berita, mencari konten, dan lain sebagainya.

“Sadar atau tidak, bahwa kini kita hidup dalam budaya Sociomateriality. Apa sih budaya Sociomateriality? Di era digital manusia dan teknologi komunikasi itu sudah menyatu, saling berinteraksi dan saling mempengaruhi,” ujarnya.

Ia menjelaskan, hal ini juga menjadi peringatan ‘Think Before you Post’ atau berpikirlah dahulu sebelum anda benar-benar mempublikasi apapun di media sosial.

“Cari tahu dahulu, apakah yang dipublikasi itu benar? Apakah hal tersebut membantu? Apakah menginsipirasi atau berpengaruh? Apakah penting dan perlu? Terakhir, apakah hal tersebut baik untuk dipublikasi?” pungkasnya.

Tambahnya, ada beberapa etika komunikasi di media sosial diantaranya perlakukan orang lain seperti kita diperlakukan oleh orang lain, jangan berprasangka walau tidak segera dibalas.

“Selain itu, bedakan informasi privasi yang sensitive dan yang terbuka untuk publik. Jangan gunakan media sosial untuk sarana meluapkan emosi dan kejengkelan, sebab pesan pada media sosial itu menyebar luas,” jelasnya.

Menurutnya ada 3 pilar literasi digital, pertama paham dan mengetahui hak sebagai pengguna media sosial, kedua paham dan mengetahui hukum yang berlaku (UU ITE) dan ketiga gunakan ruang digital untuk hal positif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement