Kamis 02 Feb 2023 13:35 WIB

Inflasi Korsel di Januari Naik

Indeks harga konsumen Korsel pada Januari naik 5,2 persen.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Kontainer terlihat di pelabuhan terbesar negara itu, di Busan, Korea Selatan, pada 10 Januari 2023. Korea Selatan mencatat defisit perdagangan bulanan terbesarnya, sebesar $12,7 miliar pada Januari, karena ekspor chip komputer dan barang-barang berteknologi tinggi lainnya merosot dan biaya impor minyak dan gas melonjak, kata kementerian perdagangan Rabu, 1 Februari 2023.
Foto: Kang Duck-chul/Yonhap via AP
Kontainer terlihat di pelabuhan terbesar negara itu, di Busan, Korea Selatan, pada 10 Januari 2023. Korea Selatan mencatat defisit perdagangan bulanan terbesarnya, sebesar $12,7 miliar pada Januari, karena ekspor chip komputer dan barang-barang berteknologi tinggi lainnya merosot dan biaya impor minyak dan gas melonjak, kata kementerian perdagangan Rabu, 1 Februari 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Inflasi konsumen Korea Selatan (Korsel) pada bulan Januari naik ke level tertingginya dalam tiga bulan. Sebagian besar dipicu dampak sementara, investor yang hengkang yakin bank sentral akan mengakhiri siklus kenaikan suku bunga.

Data statistik Korsel, Kamis (2/2/2023) menunjukkan indeks harga konsumen (ICP) Negeri Ginseng pada bulan Januari naik 5,2 persen dibandingkan bulan yang sama tahun lalu. Naik lebih cepat dibandingkan bulan Desember yang sebesar 5 persen. Ekonom memprediksi kecepatan pertumbuhan bertahan di 5 persen.

Baca Juga

Indeks tersebut 0,8 persen lebih tinggi dibanding bulan Desember ketika kenaikan bulanan sebesar 0,2 persen. Kenaikan 0,5 persen dari bulan Desember sudah diperkirakan jajak pendapat Reuters.

Data Kenaikan harga tahunan tertinggi terjadi pada bulan Oktober yang sebesar 5,7 persen.

Dalam pernyataannya, Kementerian Keuangan mengatakan dampak sementara telah mendorong inflasi seperti menaikan tarif listrik, musim yang tak menguntungkan bagi sayuran dan naiknya harga rutin tahunan.

Analis pendapatan tetap Shinhan Securities Ahn Jae-kyun mengatakan tinggi inflasi bulan Januari melampaui perkiraan. Menurutnya kenaikan ini tidak "sepenuhnya keluar jalur perkiraan".

"Data Januari tidak memberikan dasar lonjakan harga tambahan," kata Ahn, yang seperti sebagian besar ekonom yakin siklus pengetatan Bank of Korea berakhir bulan lalu.

Investor mengabaikan data ini. Imbal hasil 10 years treasury notes turun 3.196 persen, mengikuti pergerakan Departemen Keuangan AS. Ten years treasury notes merupakan surat utang negara pemerintah federal AS yang dikeluarkan untuk investor.

Data bulan Januari menunjukkan biaya utilitas naik 4,6 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara produk pertanian naik 6,2 persen. Produk bensin turun 2,8 persen.

Inti dari indeks harga konsumen yang tidak termasuk harga makanan dan energi naik-turun, naik sebesar 4,1 persen pada bulan Januari dibandingkan tahun sebelumnya. Sama seperti bulan Desember ketika inti inflasi turun untuk pertama kalinya dalam 13 bulan.

Dalam pernyataan terpisah Bank of Korea mengatakan kenaikan inflasi sesuai dengan ekspektasi. Angka kenaikan tahunan pada bulan Februari akan sama tingginya, sekitar 5 persen.

Dalam rapat kebijakan pada 13 Januari lalu anggota dewan Bank of Korea mulai berhati-hati menaikan kembali suku bunga. Meski pemungutan suara dewan pada hari itu sepakat menaikan suku bunga sebanyak 25 basis poin menjadi 3,50 persen. Catatan rapat dirilis dua hari yang lalu.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement