Rabu 25 Jan 2023 20:58 WIB

Epidemiolog Sarankan Booster Kedua Covid-19 Dipertajam pada Kelompok Berisiko

Vaksinasi booster sebaiknya diberikan pada kelompok berisiko, salah satunya lansia.

Petugas kesehatan menyuntikan vaksin Covid-19 kepada warga.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Petugas kesehatan menyuntikan vaksin Covid-19 kepada warga.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Pandu Riono mengatakan, strategi vaksinasi COVID-19 dosis penguat atau booster kedua perlu dipertajam pada kelompok masyarakat berisiko. "Dari data Kementerian Kesehatan yang masuk aplikasi PeduliLindungi itu, harusnya vaksinasi booster punya strategi kampanye yang fokus pada kelompok berisiko, yakni lanjut usia (lansia)," kata Pandu Riono yang dikonfirmasi di Jakarta, Rabu (25/1/2023).

Pernyataan Pandu merespons jumlah kepesertaan vaksinasi COVID-19 di Indonesia yang kian melandai seiring laju kasus di Tanah Air menurun drastis dalam beberapa bulan terakhir. Pandu yang tergabung dalam Tim Serologi Survei Antibodi Nasional itu mengemukakan keputusan pemerintah memperluas cakupan kepesertaan vaksinasi booster kedua yang bergulir mulai Selasa (24/1/2023) belum didukung dengan data kuat epidemiologi.

Baca Juga

Berdasarkan laporan epidemiologi, minat masyarakat terhadap program vaksinasi bersifat linear dengan lonjakan kasus secara nasional. Atau, muncul varian baru yang bersifat lebih menular dan berisiko memicu peningkatan kasus.

"Sementara dalam beberapa bulan lalu, kasus COVID-19 menurun, jadi masyarakat juga merasa belum butuh vaksinasi. Waktu terjadi penurunan kasus, orang yang mau divaksinasi menurun, seperti linear mengikuti laju kasus," katanya.

Pandu juga mengkritisi peran edukasi terhadap manfaat vaksin COVID-19 yang dapat menekan risiko gejala berat maupun kematian yang kian melemah. "Edukasi itu agak melemah ketika Indonesia memulai vaksinasi booster. Booster pertama saat ini baru 30 persen, padahal booster kedua ditargetkan sampai 70 persen," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement