Senin 23 Jan 2023 17:10 WIB

Rusia Tuduh Ukraina Simpan Persenjataan Bantuan Barat di PLTN

Badan intelijen Rusia menuduh Ukraina menyimpan persenjataan bantuan Barat di PLTN

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Unit pembangkit listrik di PLTN Zaporizhzhia di kota Enerhodar, di selatan Ukraina. Badan intelijen Rusia, SVR, menuduh Ukraina menyimpan persenjataan bantuan Barat di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang tersebar di sejumlah wilayah di negara tersebut.
Foto: AP/Olexander Prokopenko, File
Unit pembangkit listrik di PLTN Zaporizhzhia di kota Enerhodar, di selatan Ukraina. Badan intelijen Rusia, SVR, menuduh Ukraina menyimpan persenjataan bantuan Barat di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang tersebar di sejumlah wilayah di negara tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Badan intelijen Rusia, SVR, menuduh Ukraina menyimpan persenjataan bantuan Barat di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang tersebar di sejumlah wilayah di negara tersebut. Moskow sebelumnya telah menyatakan akan menghancurkan setiap persenjataan yang dipasok Barat untuk Kiev.

“Angkatan Bersenjata Ukraina menyimpan senjata dan amunisi yang disediakan oleh Barat di wilayah PLTN,” kata SVR dalam sebuah pernyataan, Senin (23/1/2023).

Baca Juga

SVR mengambil contoh sistem roket HIMARS yang dipasok Amerika Serikat (AS). Menurut SVR, Kiev menyimpan HIMARS yang disuplai AS di PLTN Rivne yang terletak di barat laut Ukraina.

SVR mengatakan, pengiriman senjata ke PLTN Rivne telah dilakukan pada pekan terakhir Desember 2022. Dalam keterangannya, SVR tak menunjukkan bukti bahwa Ukraina memang menyimpan bantuan persenjataan Barat di PLTN-PLTN miliknya.

Ukraina memiliki sejumlah PLTN. Situs-situs tersebut telah menjadi fokus perhatian sejak konflik dengan Rusia pecah pada 24 Februari 2022 lalu. Dua hari setelah melancarkan serangan ke Ukraina, pasukan Rusia berhasil merebut PLTN Chernobyl yang sudah tak beroperasi.

Selain itu, pasukan Rusia pun berhasil menguasai PLTN Zaporizhzhia, yakni PLTN terbesar di Eropa. Pertempuran sengit sempat berlangsung di sekitar situs tersebut. Hal itu memicu kekhawatiran dunia internasional tentang risiko bencana nuklir. Rusia dan Ukraina saling tuding sebagai pihak yang melepaskan serangan ke PLTN Zaporizhzhia.

Kiev pun menuduh Moskow memanfaatkan PLTN Zaporizhzhia sebagai depot senjata de facto. Sementara Rusia menuding Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sangat berkeinginan memicu perang nuklir dunia. Moskow menyebut Zelensky telah menghasut Barat untuk memulai perang yang akan meluluhlantakkan dunia.

"Biarkan saya mengingat kutipan Zelensky dari pesan daringnya kepada audiens Barat. Apakah Anda ingat apa yang dia katakan? Tidak ada gunanya menunggu. Serangan pertama harus dilakukan terhadap Rusia. Dia meminta NATO untuk melakukan serangan pertama semacam itu (nuklir)," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova pada 27 Oktober 2022 lalu, dilaporkan kantor berita Rusia, TASS.

Menurut dia, jika Zelensky gagal meyakinkan Barat untuk memulai perang nuklir dan Barat tidak melanjutkan dukungan untuk Ukraina, Kiev akan mengaktifkan Rencana B. Terkait hal itu, Zakharova memperkirakan, Ukraina akan mulai mengerahkan serangan ke PLTN Zaporizhzhia seperti yang sudah berlangsung selama beberapa bulan terakhir.

Zakharova mengatakan, pemboman PLTN Zaporizhzhia akan membawa dunia ke ambang bencana nuklir. Dia yakin Zelensky membutuhkan dalih. “Rusia berhasil menggagalkan upayanya (Zelensky) menciptakan dalih semacam itu di PLTN Zaporizhzhia, sehingga kini Kiev telah melanjutkan ke tahap berikutnya dari logika destruktif ekstremisnya, ancaman ‘bom kotor’,” ucapnya.

Rusia memang telah menuduh Ukraina memerintahkan dua organisasi untuk membuat bom kotor atau dirty bomb, yaitu alat peledak yang dicampur bahan radioaktif. Namun Kiev membantah tudingan tersebut.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement