Ahad 22 Jan 2023 10:19 WIB

Perancang Drone TB-2 Bayraktar Kecam Swedia Biarkan Pendemo Bakar Alquran

Polisi jaga demo membakar Alquran di Stockholm, dengan alasan kebebasan berekspresi.

Pemimpin partai politik sayap kanan garis keras Denmark, Rasmus Paludan, membakar kitab suci dengan korek api dengan dikawal polisi Swedia.
Foto: Istimewa
Pemimpin partai politik sayap kanan garis keras Denmark, Rasmus Paludan, membakar kitab suci dengan korek api dengan dikawal polisi Swedia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perancang drone TB-2 Bayraktar, Selçuk Bayraktar, mengecam tindakan pemerintah Swedia yang membiarkan pendemo membakar Alquran di luar kantor Kedutaan Besar (Kedubes) Turki di Stockholm, Swedia. Dia menganggap, tindakan pendemi membakar Alquran bukan bagian dari kebebasan berekspresi seperti yang dibolehkan di Swedia.

"Saya mengutuk Swedia karena mengizinkan serangan tak tahu malu di luar Kedutaan Besar Turki. Ini bukan kebebasan berbicara, tetapi kejahatan rasial yang menargetkan keyakinan dan nilai-nilai kemanusiaan kita," ujarnya melalui akun Twitter @Selcuk dikutip Republika.co.id di Jakarta, Ahad (22/1/2023).

Menurut Selçuk, Pemerintah Swedia membiarkan munculnya kebencian. Dia pun menyerahkan hal itu kepada Sang Pencipta. "Mereka yang mengobarkan kebencian tidak diragukan lagi akan binasa dalam kegelapan mereka sendiri. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana," ucap Selcuk.

Turki mengungkapkan kemarahannya setelah politikus sayap kanan membakar Alquran selama protes Islamofobia di depan kedutaannya di Stockholm pada Sabtu (21/1/2023).  Pemimpin partai politik sayap kanan garis keras Denmark, Rasmus Paludan, membakar kitab suci dengan korek api dengan dikawal polisi Swedia.

Dia melakukan itu menyusul cacian panjang hampir satu jam. Paludan menyerang Islam dan imigrasi di Swedia sebelum melakukan aksi terakhirnya membakar Alquran. Sekitar 100 orang berkumpul di dekatnya untuk aksi demonstrasi tandingan yang damai. "Jika Anda tidak berpikir harus ada kebebasan berekspresi, Anda harus tinggal di tempat lain," kata Paludan dikutip Aljazeera.

Menteri Luar Negeri Swedia Tobias Billstrom malah membela tindakan membakar Alquran. Dia menyebut ada provokasi Islamofobia “mengerikan”. "Swedia memiliki kebebasan berekspresi yang luas, tetapi itu tidak berarti bahwa Pemerintah Swedia, atau saya sendiri, mendukung pendapat yang diungkapkan," kata Billstrom lewat akun Twitter.

Hubungan Turki dan Swedia memburuk gara-gara rencana bergabung Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Turki siap mencabut veto jika Pemerintah Swedia mendeportasi sejumlah pimpinan organisasi teroris Kurdi (PPK-YPG) yang bermukim di Stockholm dan sekitarnya.

Namun, Swedia tidak bisa memenuhi tuntutan Turki dengan alasan keberadaan mereka dijamin konstitusi. Alhasil, Turki menolak Swedia bergabung dengan NATO karena ancaman Rusia. Akhirnya, muncul demonstrasi membakar Alquran untuk memprovokasi Turki, yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

Meski begitu, Aljazeera melaporkan, tindakan membakar Alquran yang dibiarkan aparat keamanaan Swedia tidak hanya memicu gelombang protes dari Turki. Arab Saudi, Yordania, dan Kuwait juga ikut mengecam aksi melampaui batas kebebasan berekspresi tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement