Senin 16 Jan 2023 08:05 WIB

Korban Tewas Serangan Rusia di Dnipro Bertambah Jadi 30 Orang

Rudal Rusia menghantam sebuah gedung apartemen di kota Dnipro, Ukraina.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Foto selebaran yang disediakan oleh Kantor Militer Regional Dnipropetrovsk menunjukkan tim penyelamat Ukraina bekerja di lokasi apartemen yang terkena tembakan rudal di Dnipro, Ukraina tenggara, 14 Januari 2023, di tengah invasi Rusia.
Foto: EPA-EFE/STATE EMERGENCY SERVICE OF UKRAINE HA
Foto selebaran yang disediakan oleh Kantor Militer Regional Dnipropetrovsk menunjukkan tim penyelamat Ukraina bekerja di lokasi apartemen yang terkena tembakan rudal di Dnipro, Ukraina tenggara, 14 Januari 2023, di tengah invasi Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, DNIPRO -- Korban tewas akibat serangan rudal Rusia di sebuah gedung apartemen di tenggara kota Dnipro, Ukraina, bertambah menjadi 30 orang pada Ahad (15/1/2023). Petugas penyelamat bertindak cepat untuk menjangkau korban selamat yang terjebak di reruntuhan.

Petugas darurat bekerja sepanjang hari untuk mengevakusi korban. Para pejabat mengatakan, sekitar 1.700 orang tinggal di apartemen tersebut. Menurut proyek The Associated Press-Frontline War Crimes Watch, ini adalah serangan mematikan di satu tempat sejak serangan 30 September di wilayah Zaporizhzhia, Ukraina.

Baca Juga

Rusia juga menargetkan serangan di Ibu Kota Kiev dan Kota Kharkiv di timur laut selama serangan yang meluas pada Sabtu (14/1/2023). Serangan ini mengakhiri jeda dua minggu dalam serangan udara yang diluncurkan terhadap infrastruktur listrik dan pusat kota Ukraina selama hampir setiap minggu sejak Oktober.

Pada Ahad (15/1/2023), Rusia mengakui serangan rudal tersebut tetapi tidak menyebutkan gedung apartemen Dnipro. Rusia telah berulang kali membantah menargetkan warga sipil.

Di Dnipro, para pekerja menggunakan derek saat mereka mencoba menyelamatkan orang yang terjebak di lantai atas menara apartemen.  Beberapa warga memberi isyarat minta tolong dengan menyalakan lampu di ponsel mereka.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy melaporkan, setidaknya 73 orang terluka dan 39 orang telah diselamatkan pada Ahad sore. Pemerintah Kota Dnipro mengatakan, 43 orang dilaporkan hilang.

"Operasi pencarian dan penyelamatan dan pembongkaran elemen struktur berbahaya terus berlanjut.  Kami terus berjuang untuk setiap kehidupan,” kata Zelenskyy.

Ivan Garnuk sedang berada di apartemennya saat gedung itu dihantam rudal. Dia merasa beruntung bisa selamat dari serangan itu. Dia menggambarkan keterkejutannya bahwa Rusia akan menyerang bangunan tempat tinggal yang tidak memiliki nilai strategis.

“Tidak ada fasilitas militer di sini.  Tidak ada apa-apa di sini. Tidak ada pertahanan udara, tidak ada pangkalan militer di sini. (Serangan) itu mengenai warga sipil, orang yang tidak bersalah," ujar Garnuk.

Warga Dnipro bergabung dengan petugas penyelamat untuk membantu membersihkan puing-puing. Sementara warga lainnya membawa makanan dan pakaian hangat untuk mereka yang kehilangan tempat tinggal.

“Ini jelas terorisme dan semua ini sama sekali bukan manusia,” kata seorang penduduk setempat, Artem Myzychenko, sambil membersihkan puing-puing.

Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim bertanggung jawab atas serangan rudal di seluruh Ukraina. Kementerian Pertahanan pada Ahad mengatakan, mereka telah mencapai tujuannya. Kementerian Pertahanan mengatakan, rudal ditembakkan pada sistem komando dan kontrol militer Ukraina, serta fasilitas energi terkait. Rusia tidak menyebutkan serangan terhadap bangunan perumahan Dnipro.

“Semua target yang ditentukan telah tercapai. Tujuan serangan telah tercapai,” kata pernyataan Kementerian Pertahanan yang ditulis di Telegram.  

Pada Sabtu, Rusia menembakkan 33 rudal jelajah. Menurut panglima tertinggi angkatan bersenjata Ukraina, Jenderal Valerii Zaluzhny, dari total rudal tersebut, 21 di antaranya ditembak jatuh. Rudal yang menghantam gedung apartemen adalah Kh-22 yang diluncurkan dari wilayah Kursk Rusia. Komando angkatan udara militer menambahkan, Ukraina tidak memiliki sistem yang mampu mencegat senjata jenis itu.

Serangan udara baru Rusia terjadi ketika pertempuran sengit berkecamuk di Provinsi Donetsk, timur Ukraina. Militer Rusia mengklaim telah menguasai kota tambang garam kecil, Soledar. Tetapi Ukraina menegaskan bahwa pasukannya masih bertempur.

Jika pasukan Rusia memenangkan kendali penuh atas Soledar, itu akan memungkinkan mereka untuk mendekati Kota Bakhmut yang lebih besar.  Pertempuran untuk Bakhmut telah berkecamuk selama berbulan-bulan, menyebabkan banyak korban di kedua sisi.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement