Kamis 12 Jan 2023 22:14 WIB

Terapkan B35, ESDM Optimistis Hemat Devisa Rp 161 Triliun

Kementerian ESDM optimistis implementasi B35 mampu memberikan dampak positif.

Petugas melayani pengisian BBM di SPBU Tol Sidoarjo 54.612.48, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (11/4/2022). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) optimistis implementasi bahan bakar nabati jenis biodiesel 35 persen atau B35 mampu memberikan dampak positif terhadap ekonomi domestik.
Foto: ANTARA/Zabur Karuru
Petugas melayani pengisian BBM di SPBU Tol Sidoarjo 54.612.48, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (11/4/2022). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) optimistis implementasi bahan bakar nabati jenis biodiesel 35 persen atau B35 mampu memberikan dampak positif terhadap ekonomi domestik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) optimistis implementasi bahan bakar nabati jenis biodiesel 35 persen atau B35 mampu memberikan dampak positif terhadap ekonomi domestik. Direktur Bioenergi Kementerian ESDM Edi Wibowo mengatakan, pemanfaatan B35 adalah langkah strategis untuk menghemat devisa melalui penurunan impor solar.

"Untuk program B35 pada 2023, target penyaluran biodiesel sebesar lebih dari 13,15 juta kiloliter yang akan menghemat devisa sekitar 10,75 miliar dolar AS atau setara Rp161 triliun," kata Edi dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Kamis (12/1/2023).

Baca Juga

Selain menghemat devisa, implementasi B35 juga bertujuan meningkatkan nilai tambah minyak sawit, membuka lapangan kerja, menurunkan emisi gas rumah kaca, dan meningkatkan bauran energi terbarukan di Indonesia. Edi menuturkan, program B35 diproyeksikan mampu menyerap 1,65 juta tenaga kerja dan mengurangi emisi gas rumah kaca sekitar 34,9 juta ton ekuivalen.

Indonesia saat ini masih merupakan negara yang paling terdepan dalam menerapkan pencampuran bahan bakar nabati jenis biodiesel. Sejak 2006 lalu, Indonesia telah memulai pemanfaatan biodiesel 2,5 persen atau B2,5. Kemudian, persentase pencampurannya meningkat menjadi biodiesel 20 persen atau B20 pada tahun 2016.

Selanjutnya, empat tahun berselang, pemerintah Indonesia lantas mengimplementasikan biodiesel 30 persen atau B30 secara nasional pada 2020. Nilai persentase pencampuran itu diharapkan terus berlanjut ke B40, B50, bahkan B100.

"Dengan implementasi B35 yang akan kita mulai per 1 Februari 2023, sekali lagi Indonesia menjadi yang terdepan dalam pemanfaatan biodiesel," kata Edi.

Sebelum melaksanakan peningkatan persentase pencampuran biodiesel, pemerintah telah melakukan beberapa persiapan teknis untuk memastikan performa penggunaan campuran bahan bakar nabati, di antaranya pengujian pengaruh penggunaan campuran biodiesel 35 persen terhadap sistem filtrasi mesin diesel dengan hasil tidak terjadi indikasi pemblokiran filter pada pengujian Filter Blocking Tendency (FBT) maupun pengujian Filter Rig Test.

Rekomendasinya tidak ada pengaruh signifikan atas penggunaan B35, dimana telah dilakukan perbaikan pada spesifikasi Biodiesel yang digunakan untuk campuran tersebut.Sementara sebagai persiapan implementasi B40, pemerintah juga telah melaksanakan uji jalan B40 pada 27 Juli 2022 lalu. Hasil uji itu digunakan sebagai dasar pertimbangan sebelum implementasi B40.

"Kementerian ESDM terus berkomitmen untuk mendukung rencana implementasi B35 maupun B40," ujar Edi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement