Senin 09 Jan 2023 15:32 WIB

Pengamat: Pencabutan PPKM Jadi Modal Bank Hadapi Ancaman Resesi

Penyaluran kredit perbankan sangat diharapkan dapat tumbuh mencapai dua digit.

Penampilan Ribuan seniman kuda lumping dari berbagai daerah di Jawa Tengah pada acara car free day (CFD) di pusat keramaian Simpang Lima, Kota Semarang, Ahad (14/8) pagi. Keiatan yang diikuti puluhan kelompok kesenian kuda lumping ini merupakan acara kesenian bertajuk ‘Gamelan Kolosal’ yang dihelat dalam rangka memeriahkan HUT Provinsi Jawa Tengah ke-72.
Foto: dok. istimewa
Penampilan Ribuan seniman kuda lumping dari berbagai daerah di Jawa Tengah pada acara car free day (CFD) di pusat keramaian Simpang Lima, Kota Semarang, Ahad (14/8) pagi. Keiatan yang diikuti puluhan kelompok kesenian kuda lumping ini merupakan acara kesenian bertajuk ‘Gamelan Kolosal’ yang dihelat dalam rangka memeriahkan HUT Provinsi Jawa Tengah ke-72.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat perbankan Paul Sutaryono menilai pencabutan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) menjadi bonus bagi para pelaku bisnis, termasuk industri perbankan, dalam menghadapi potensi resesi global pada 2023.

Sebagaimana diketahui, pemerintah sudah resmi mencabut PPKM pada akhir 2022.

Baca Juga

"Pencabutan PPKM membuat industri perbankan untuk semakin berani dalam menjalankan bisnis," ujar Paul kepada Antara di Jakarta, Senin (9/1/2023).

Dengan pencabutan PPKM, operasional bisnis perbankan bisa dilakukan dengan lebih leluasa karena sudah tidak adanya pembatasan. Kendati begitu, ia mengingatkan agar bank harus tetap waspada dalam menghadapi tahun 2023 yang diprediksi sarat dengan ketidakpastian serta adanya ancaman resesi global.

Oleh karena itu, perbankan diharapkan tetap wajib meningkatkan kewaspadaan dengan berhati-hati dalam menyalurkan kredit atau lebih selektif, walaupun terdapat optimisme pertumbuhan kredit pada tahun ini.

"Penyaluran kredit perbankan sangat diharapkan masih dapat tumbuh mencapai dua digit pada 2023, di mana per November 2022 mampu tumbuh 11,16 persen dibanding periode sama tahun lalu (yoy)," ujarnya.

Selain itu, kata Paul, bank juga wajib menggenjot kredit ke sektor-sektor yang mampu menyerap banyak tenaga kerja, seperti sektor manufaktur, pertanian, perikanan, pertambangan, listrik, transportasi, konstruksi, penyediaan akomodasi, serta penyediaan makan dan minum.

Dengan penyaluran kredit ke sektor-sektor dimaksud, bank dapat membantu pemerintah dalam menekan tingkat pengangguran terbuka. Di sisi lain, bank juga wajib menaikkan tingkat efisiensi. Hal ini sebagai salah satu jurus dalam memenangkan persaingan perbankan yang semakin sengit belakangan ini.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement