Kamis 05 Jan 2023 22:50 WIB

Muncul Petisi Kembalikan WFH, Ini Pendapat Pengamat Transportasi

Petisi WFH muncul karena sistem kerja ini dinilai lebih efisien.

Petisi WFH muncul karena sistem kerja ini dinilai lebih efisien.
Foto: Dok Kalibrr
Petisi WFH muncul karena sistem kerja ini dinilai lebih efisien.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pengamat transportasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Ahmad Munawar mengatakan, penerapan kembali "work from home" (WFH) bukan solusi mengatasi persoalan kemacetan transportasi di DKI Jakarta. "Penyelesaian macet itu dengan sistem transportasi yang baik dan mengurangi pemakaian kendaraan pribadi," ujar Ahmad Munawar melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Kamis (5/1/2023).

Hal itu disampaikan Munawar merespons munculnya petisi kembalikan WFH di Jakarta yang salah satunya karena "work from office" (WFO) dinilai sebagai biang kemacetan. Masalah kemacetan, kata dia, bisa diselesaikan dengan penyediaan fasilitas angkutan umum yang memadai serta pengurangan kendaraan pribadi dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

Baca Juga

Dibandingkan daerah lainnya, ia mengakui DKI Jakarta terbaik dalam penggunaan angkutan umum. Akan tetapi karena jumlah penduduknya sangat banyak, sehingga perlu diperbaiki lagi.

"Persentase penggunaan angkutan umum di Jakarta termasuk tinggi, tetapi banyak yang tinggal di luar Jakarta sehingga perlu penambahan angkutan umum dan susbsidi yang tinggi," ujar dia.

Terkait kebijakan bekerja secara WFH atau WFO, kata dia, sebaiknya tidak ditetapkan sama rata di setiap sektor. Sebaiknya, menurut dia, pengaturan kebijakan sistem kerja dilakukan oleh instansi masing-masing disesuaikan dengan jenis pekerjaan maupun kondisi pegawainya. Di sektor pendidikan, menurut dia, pembelajaran berjalan kurang efektif dengan WFH karena menggunakan sistem daring.

"Ada hal-hal yang tidak tercapai dengan maksimal saat dilakukan secara online seperti interaksi dan diskusi antara dosen dengan mahasiswa. Namun, saat pembelajaran kembali dilakukan di kampus pembelajaran berlangsung lebih efektif," kata dia.

Menurut pengamat tata rancang kota sekaligus Ketua Pusat Studi Transportasi (Pustral) UGM Ikaputra, apabila kebijakan WFH kembali diterapkan justru akan menghambat bahkan menghentikan kerja transportasi publik. "Perputaran ekonomi di sektor transportasi akan berhenti, perputaran ekonomi hanya terjadi di kantor saja. Ini yang harus dipahami juga," kata dia.

Sebelumnya, petisi kembalikan work from home (WFH) karena jalan lebih macet, polusi, dan bikin tidak produktif tampak telah ditandatangani tidak kurang 19 ribu orang di laman change.org pada pukul 21.00 WIB, Kamis (5/1/2023). Petisi itu dibuat oleh akun bernama Riwaty Sidabutar.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement