Kamis 05 Jan 2023 18:23 WIB

Kisah Sedih Rumini, Lansia Pemilik Rutilahu yang Ambruk Diterjang Angin

Janji bantuan perbaikan belum terealisasi, baru sekadar foto-foto kondisi rumah.

Rep: Lilis sri handayani/ Red: Friska Yolandha
Rumini, warga Kelurahan Paoman, Kecamatan/Kabupaten Indramayu di rumahnya yang rusak patah akibat angin kencang, Kamis (5/1/2023). Sejak lama, Rumini mengajukan perbaikan rutilahu, namun tak kunjung dikabulkan.
Foto: Republika/Lilis Sri Handayani
Rumini, warga Kelurahan Paoman, Kecamatan/Kabupaten Indramayu di rumahnya yang rusak patah akibat angin kencang, Kamis (5/1/2023). Sejak lama, Rumini mengajukan perbaikan rutilahu, namun tak kunjung dikabulkan.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Cuaca ekstrem berupa angin kencang yang melanda Kabupaten Indramayu beberapa hari terakhir, meninggalkan kesedihan mendalam bagi Rumini (63 tahun). Rumah yang ditinggali olehnya di Kelurahan Paoman, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, sebagian ambruk dihempas angin kencang pada Ahad (1/1/2023).

Ditemui di rumahnya, Kamis (5/1/2023), Rumini terlihat sedang membersihkan pecahan genting yang berserakan di lantai rumahnya. Tangannya yang keriput juga terlihat menyingkirkan kayu berpaku, yang terjatuh dari atap yang ambruk.

Baca Juga

‘’Bahaya kalau sampai terinjak,’’ tutur Rumini.

Rumini menceritakan, peristiwa tersebut terjadi tepat saat Tahun Baru 2023, sekitar pukul 13.00 WIB. Saat itu, dia sedang menunaikan sholat Dzuhur di rumahnya. Hujan yang turun sejak sehari sebelumnya, masih menyisakan gerimis yang disertai angin kencang.

‘’Tiba-tiba terdengar suara bruukkk, kencang sekali,’’ kenang Rumini.

Ternyata, suara itu berasal dari atap bagian dapur rumahnya yang ambruk. Pecahan genting dan kayu-kayu pun berserakan. Beruntung, seluruh anggota keluarganya selamat dalam peristiwa tersebut.

Rumini hanya bisa menangis. Rumah berumur sekitar 100 tahun itu memang sejak lama dalam kondisi rusak berat. Rumah itu peninggalan mertuanya, yang dulu diwariskan pada almarhum suaminya.

‘’Saya sangat sayang rumah ini. Sejak dulu tidak mau menjualnya karena rumah ini adalah rumah pusaka dari orang tua,’’ tutur Rumini.

Namun, Rumini tidak memiliki uang untuk memperbaikinya. Sejak menikah dan tinggal di rumah itu pada 1973, dia belum pernah sekalipun melakukan renovasi atau perbaikan rumah. Pekerjaan serabutan yang dijalaninya, hanya untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Karena itu, meski tidak layak huni, rumah itu tetap ditinggalinya.

Rumini tinggal bersama dua anak dan dua cucunya. Salah satu anak perempuannya, berstatus janda karena suaminya telah meninggal dunia. Sang anak pun hanya bekerja serabutan untuk menghidupi dua anak yatimnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement