Rabu 04 Jan 2023 00:35 WIB

Media China: Pasien Covid-19 Mayoritas Bergejala Ringan

Pakar menyebut Covid-19 kali ini relatif ringan bagi kebanyakan orang

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
 Penumpang yang datang dari China menunggu di depan area pengujian COVID-19 yang ditetapkan di bandara Roissy Charles de Gaulle, utara Paris, Ahad, 1 Januari 2023. Prancis mengatakan akan mewajibkan tes COVID-19 negatif untuk semua penumpang yang datang dari Tiongkok dan mendesak warga Prancis untuk menghindari perjalanan yang tidak penting ke Tiongkok.
Foto: AP/Aurelien Morissard
Penumpang yang datang dari China menunggu di depan area pengujian COVID-19 yang ditetapkan di bandara Roissy Charles de Gaulle, utara Paris, Ahad, 1 Januari 2023. Prancis mengatakan akan mewajibkan tes COVID-19 negatif untuk semua penumpang yang datang dari Tiongkok dan mendesak warga Prancis untuk menghindari perjalanan yang tidak penting ke Tiongkok.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Surat kabar resmi Partai Komunis Cina People's Daily menuliskan pada Selasa (3/1/2023) bahwa para pakar menegaskan penyakit yang disebabkan oleh virus Corona kali ini relatif ringan bagi kebanyakan orang. Pernyataan ini diperkuat dengan laporan kematian pada Senin (2/1/2023) yang menunjukan tiga kematian akibat Covid-19.

"Penyakit parah dan kritis mencapai tiga hingga empat persen dari pasien yang terinfeksi saat ini dirawat di rumah sakit yang ditunjuk di Beijing," ujar Wakil Presiden Rumah Sakit Chaoyang Beijing  Tong Zhaohui mengatakan kepada surat kabar milik partai yang berkuasa di China itu.

Sedangkan Kepala Hospital of Sichuan University Tianfu China Barat Kang Yan mengatakan, bahwa dalam tiga minggu terakhir, total 46 pasien yang sakit kritis telah dirawat di unit perawatan intensif. Hanya sekitar satu persen dari infeksi bergejala. Sedangkan otoritas kesehatan setempat mengatakan, lebih dari 80 persen dari orang yang tinggal di provinsi Sichuan barat daya telah terinfeksi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada pekan lalu telah mendesak pejabat kesehatan China untuk secara teratur membagikan informasi spesifik dan real-time tentang situasi Covid-19. Badan tersebut telah mengundang para ilmuwan China untuk mempresentasikan data terperinci tentang pengurutan virus pada pertemuan kelompok penasihat teknis yang dijadwalkan pada Selasa. Badan Perserikatan bangsa-Bangsa (PBB) itu juga meminta Beijing untuk berbagi data tentang rawat inap, kematian, dan vaksinasi.

Financial Times melaporkan pada  Selasa, Uni Eropa (UE) telah menawarkan vaksin COVID gratis ke China untuk membantu mengatasi wabah tersebut. Kepresidenan UE Swedia menyatakan, pejabat kesehatan pemerintah UE akan mengadakan pembicaraan tentang tanggapan terkoordinasi terhadap wabah China pada Rabu (4/1/2023).

Amerika Serikat, Prancis, Australia, India, dan lainnya akan mewajibkan tes Covid pada pengunjung dari China. Sementara Belgia mengatakan akan menguji air limbah dari pesawat dari China untuk varian Covid-19 baru.

Beijing telah menolak kritik terhadap data Covid-19  dan mengatakan setiap mutasi baru mungkin lebih menular tetapi kurang berbahaya. "Menurut logika politik beberapa orang di Eropa dan Amerika Serikat, apakah China membuka atau tidak sama-sama merupakan hal yang salah untuk dilakukan," kata siaran televisi yang dikelola pemerintah CCTV.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement