Selasa 03 Jan 2023 06:07 WIB

Momen Akhir Tahun Dorong Peningkatan Inflasi DIY

peningkatan inflasi lebih lanjut tertahan oleh deflasi di beberapa komoditas.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Ilustrasi Inflasi
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Inflasi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Bank Indonesia (BI) DIY mengatakan pada pengujung 2022, terjadi kenaikan inflasi di DIY. Hal ini seiring dengan momen libur akhir tahun, yang mana mendorong peningkatan inflasi.

"Inflasi DIY pada tahun 2022 secara keseluruhan berada pada level 6,49 persen (yoy)," kata Kepala Perwakilan BI DIY, Budiharto Setyawan, Senin (1/2/2023) malam.

Budi menyebut, peningkatan mobilitas masyarakat khususnya dalam menyambut momen akhir tahun mendorong meningkatnya permintaan barang dan jasa. Baik dari masyarakat DIY maupun wisatawan yang berkunjung ke DIY, yang mana menyebabkan terjadinya peningkatan inflasi.  

Hasil Survei Konsumen (SK) BI mencatatkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di Desember 2022 sebesar 133,6 poin, yang mana lebih tinggi dibandingkan November yakni 127,8 poin. Sedangkan, dari hasil Survei Liaison, lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum juga mengalami kenaikan.

"Ini mengindikasikan terjadinya peningkatan aktivitas HOREKA (Hotel Restoran dan Katering), sejalan kenaikan aktivitas pariwisata (di momen akhir tahun)," ujar Budi.

Berdasarkan disagregasinya, lanjut Budi, inflasi DIY di Desember terjadi pada semua kelompok disagregasi. Yakni dengan sumbangan kelompok inflasi inti (core inflation) 0,17 persen, kelompok harga pangan bergejolak (volatile food) 0,30 persen, dan kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices) 0,65 persen.

"Menurut komoditas, penyumbang utama tekanan inflasi berasal tarif angkutan udara, telur ayam ras, emas perhiasan, tukang bukan mandor, dan tomat," jelasnya.

Meski begitu, Budi menuturkan, peningkatan inflasi lebih lanjut tertahan oleh deflasi pada beberapa komoditas. Seperti cabai merah, daun melinjo, dan pisang. 

Untuk komoditas cabai merah, melanjutkan deflasi yang didukung oleh tersedianya pasokan komoditas tersebut. "Termasuk melalui pertanian off-season di pantai dan lereng Merapi, serta intensifnya gerakan menanam tanaman cepat panen, termasuk urban farming sebagai bagian dari implementasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Sedangkan komoditas melinjo dan pisang mengalami deflasi sejalan dengan pasokan yang meningkat," kata Budi.

Mencermati kondisi terkini dan mengantisipasi risiko inflasi kedepannya, lanjut Budi, BI dan TPID DIY akan terus memperkuat sinergi. Selain itu, kegiatan untuk memastikan ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif juga akan terus dilakukan.

"Termasuk didalamnya meneruskan upaya-upaya melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP)," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement