Jumat 30 Dec 2022 08:08 WIB

Sejarah Hari Ini: Ferdinand Marcos Dilantik Jadi Presiden Filipina

30 Desember 1965, Ferdinand Marcos dilantik sebagai presiden Filipina

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Pada 30 Desember 1965, Ferdinand Marcos dilantik sebagai presiden Filipina.
Foto: EPA-EFE / MARK R. CRISTINO
Pada 30 Desember 1965, Ferdinand Marcos dilantik sebagai presiden Filipina.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA - Pada 30 Desember 1965, Ferdinand Marcos dilantik sebagai presiden Filipina. Ia merupakan mantan presiden Senat Filipina yang memimpin negara kepulauan Asia Tenggara selama 20 tahun dengan otoriter dan penuh korupsi.

Seperti dilansir laman History, Jumat (30/12/2022), Ferdinand Marcos adalah seorang mahasiswa hukum di akhir tahun 1930-an. Ia sempat diadili atas pembunuhan seorang lawan politik ayah politisinya kala itu. Dihukum pada 1939, dia secara pribadi mengajukan banding atas kasus tersebut ke Mahkamah Agung Filipina dan memenangkan pembebasan. 

Pada 1949, ia terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Filipina. Pada 1959, ia pindah ke Senat dan dari 1963 hingga 1965 Marcos menjabat sebagai presiden Senat.

Pada 1965, ia memutuskan hubungan dengan Partai Liberal setelah gagal memenangkan nominasi presiden partainya dan mencalonkan diri sebagai kandidat dari Partai Nasionalis. Setelah kampanye yang pahit dan menentukan, dia terpilih sebagai presiden pada 1965. Pada 1969, dia terpilih kembali.

Masa jabatan kedua Marcos ditandai dengan meningkatnya perselisihan sipil dan kekerasan oleh pemberontak sayap kiri. Pada 1972, setelah serangkaian pengeboman di Manila, dia memperingatkan akan segera terjadi pengambilalihan oleh komunis dan mengumumkan darurat militer. 

Pada 1973, ia mengambil alih kekuasaan kediktatoran di bawah konstitusi baru. Marcos menggunakan militer untuk menekan elemen subversif tetapi juga menangkap dan memenjarakan lawan politik arus utama. 

Kebijakan anti-komunisnya membuatnya mendapat dukungan antusias dari pemerintah AS. Kendati begitu rezimnya memulai praktik penyalahgunaan bantuan asing, represi, dan pembunuhan politik. 

Istri Marcos, Imelda Marcos diangkat ke jabatan politik penting. Imelda menjalani gaya hidup super mewah yang terkenal termasuk lemari pakaian besar berisi ribuan pasang sepatu.

Pada 1981, Marcos terpilih kembali sebagai presiden. Di daerah pedesaan, pemberontakan komunis dan separatis Muslim tumbuh. Pada 1983, lawan politik lama Marcos, Benigno Aquino, Jr., kembali dari pengasingan dan dibunuh oleh agen militer Marcos begitu dia turun dari pesawat.

Pembunuhan politik memicu protes anti-Marcos yang meluas. Pada 1986 Marcos akhirnya setuju untuk mengadakan pemilihan presiden yang baru.

Marcos dinyatakan menang lagi, tetapi pengamat independen menuduh rezim tersebut melakukan kecurangan pemilu yang meluas. Setelah itu, protes anti Marcos digelar di seluruh negara yang membuat keluarga Marcos harus melarikan diri ke Hawaii.

Bukti substansial korupsi Marcos muncul, termasuk penjarahan miliaran dolar dari ekonomi Filipina. Marcos dan istrinya kemudian didakwa oleh pemerintah AS atas tuduhan penggelapan. 

Ferdinand Marcos tutup usia pada 1989. Istrinya, Imelda dibebaskan dari dakwaan, dan dia diizinkan kembali ke Filipina pada 1991.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement