Kamis 15 Dec 2022 17:15 WIB

AS Jajaki Pengiriman Senjata ke Vietnam

Vietnam dapat mengurangi ketergantungan pada senjata Rusia.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Deretan senjata laras panjang dipajang dalam rak sebuah toko senjata di Amerika Serikat.
Foto: notanothernewenglandsportsblog.blogspot.com
Deretan senjata laras panjang dipajang dalam rak sebuah toko senjata di Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, HANOI -- Perusahaan pertahanan Amerika Serikat (AS) menjajaki penyediaan peralatan militer, termasuk helikopter dan drone ke Vietnam dalam pembicaraan dengan pejabat tinggi pemerintah. Ini menjadi pertanda bahwa Vietnam dapat mengurangi ketergantungan pada senjata Rusia.

Menurut Dewan Bisnis AS-ASEAN, Lockheed Martin, Boeing, Raytheon, Textron dan IM Systems Group bertemu dengan para pejabat di sela-sela pameran senjata skala besar pertama Vietnam pada minggu lalu. Seorang sumber yang hadir dalam diskusi senjata mengatakan, mereka melibatkan Kementerian Keamanan Publik dan Kementerian Pertahanan Nasional.

Pembicaraan awal mengenai pasokan ssnjata terjadi ketika Vietnam mencari pemasok baru. Karena konflik Ukraina membebani kemampuan Rusia, yang selama beberapa dekade menjadi mitra militer utama Vietnam. 

“Ini menandai awal dari pandangan Tentara Rakyat Vietnam yang lebih terbuka terhadap senjata AS, dan keinginan untuk terlibat lebih dalam dengan AS dalam pertahanan secara keseluruhan,” kata pakar militer dan peneliti di University of New South  Wales, Nguyen The Phuong.

Para analis mengatakan, kesepakatan militer dengan AS menghadapi banyak rintangan potensial. Termasuk bahwa Washington memblokir penjualan senjata atas hak asasi manusia, kekhawatiran tentang dampak ketegangan hubungan Hanoi dengan China, biaya tinggi, serta apakah sistem buatan AS dapat diintegrasikan dengan senjata warisan Vietnam.

Sumber yang menghadiri pertemuan tersebut mengatakan, perusahaan menawarkan berbagai peralatan militer dan melakukan diskusi yang “menjanjikan” tentang peralatan tidak mematikan. Termasuk helikopter untuk keamanan internal, drone, radar, dan sistem lain untuk mengawasi udara, laut, dan ruang angkasa. Sumber kedua yang mengetahui masalah tersebut mengatakan, pembicaraan tentang drone dan helikopter dimulai sebelum pameran senjata.

Lockheed Martin, yang memamerkan pesawat tempur dan angkut militer di acara tersebut, menolak berkomentar. Sementara seorang juru bicara Boeing merujuk pertanyaan ke Kementerian Pertahanan Vietnam. Sedangkan Raytheon, Textron dan IM Systems Group tidak menanggapi permintaan komentar.

Sejak embargo senjata dicabut pada 2016, ekspor pertahanan AS ke Vietnam terbatas pada kapal penjaga pantai dan pesawat latih. Sementara Rusia telah memasok sekitar 80 persen persenjataan ke Vietnam.

Kedua sumber, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya menyatakan, Lockheed Martin secara terpisah telah berdiskusi dengan Vietnam tentang satelit komunikasi dan pertahanan baru. Peralatan ini dapat menggantikan salah satu dari dua satelit yang sudah dioperasikan oleh perusahaan AS.

Militer AS telah memasok dua pemotong angkatan laut yang relatif kecil dan mentransfer dua pesawat latih T-6 Texas, dengan 10 di antaranya akan dikirim pada tahun 2027. AS juga menjanjikan drone pengintai Boeing ScanEagle, yang belum dikirimkan.

Sumber dan analis menyatakan, Vietnam juga mempertimbangkan kesepakatan dengan pemasok dari Israel, India, dan negara-negara Eropa dan Asia Timur Laut.  Dalam dekade terakhir, Israel telah menjadi penjual senjata terbesar kedua ke Vietnam setelah Rusia.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement