Rabu 14 Dec 2022 21:56 WIB

Prancis Kerahkan 10 Ribu Polisi Jelang Semifinal Piala Dunia Melawan Maroko

Sebanyak 5.000 di antaranya bersiaga di Paris dan daerah sekitarnya.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Polisi Prancis berdiri di dekat api setelah pertandingan sepak bola perempat final Piala Dunia di Champs Elysee Avenue, di Paris, Sabtu, 10 Desember 2022. Prancis Kerahkan 10 Ribu Polisi Jelang Semifinal Piala Dunia Melawan Maroko
Foto: AP Photo/Francois Mori
Polisi Prancis berdiri di dekat api setelah pertandingan sepak bola perempat final Piala Dunia di Champs Elysee Avenue, di Paris, Sabtu, 10 Desember 2022. Prancis Kerahkan 10 Ribu Polisi Jelang Semifinal Piala Dunia Melawan Maroko

IHRAM.CO.ID, PARIS -- Khawatir akan kemungkinan kerusuhan setelah pertandingan semifinal Prancis versus Maroko di Piala Dunia Qatar, Rabu (14/12/2022), Prancis berencana menyiagakan 10 ribu petugas polisi.

Sebanyak 5.000 di antaranya bersiaga di Paris dan daerah sekitarnya. “Di Paris, polisi akan dikerahkan khususnya di sekitar bulevar Champs-Elysees yang terkenal,” Kata Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin di hadapan Majelis Nasional.

Baca Juga

Jalan Paris yang terkenal itu sebelumnya mengalami insiden kekerasan pada 10 Desember setelah kemenangan perempat final Maroko dan Prancis. Namun demikian, Champs-Elysees tidak akan ditutup pada Rabu.

Sebagai gantinya, sebagian besar gerbang masuk ke jalan lingkar Paris akan ditutup mulai pukul 18.30, seperti halnya beberapa stasiun kereta ringan metro dan RER. Ancaman lain ditimbulkan oleh hooligan sayap kanan radikal, seperti dilansir stasiun radio Europe 1. Di media sosial, kelompok radikal dikatakan telah berbicara mendukung konfrontasi sipil antara kedua negara.

 

Di kota Strasbourg, misalnya, menurut informasi dari Europe 1, puluhan anggota Strasbourg Offenders, sebuah kelompok hooligan yang terdiri dari neo-Nazi, Identitarian, dan ultra-nasionalis, dikatakan telah merencanakan turun ke jalan-jalan di pusat kota setelah pertandingan untuk berpatroli dan memulihkan ketertiban. Pertandingan ini dilihat di beberapa kalangan sebagai pertarungan proxy antara kolonialis Prancis dan bekas koloninya di Afrika Utara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement