Selasa 13 Dec 2022 16:35 WIB

AEI Harap Bursa Bedakan Mekanisme Perdagangan Papan Ekonomi Baru

BEI telah meluncurkan papan pencatatan baru yang setara Papan Utama.

Pekerja membersihkan papan digital perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Pekerja membersihkan papan digital perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Samsul Hidayat mengapresiasi kebijakan Bursa Efek Indonesia (BEI) yang meluncurkan Papan Ekonomi Baru namun berharap ke depannya bursa dapat memberikan perbedaan khusus terutama dalam mekanisme perdagangan untuk papan pencatatan baru tersebut.

"Sepertinya bursa belum memberikan perbedaan khusus atas mekanisme trading untuk papan ini. Sebaiknya ada perbedaan juga antara papan utama dengan papan new economy dari sisi mekanisme perdagangan atau dari hal-hal lain," ujar Samsul dalam keterangan di Jakarta, Selasa (13/12/2022).

Baca Juga

Sebagai upaya perlindungan investor dan keterbukaan informasi dengan pengelompokan saham dengan kondisi tertentu, BEI telah meluncurkan papan pencatatan baru yang setara Papan Utama, yaitu Papan Ekonomi Baru atau New Economy.

Samsul menilai Papan Ekonomi Baru merupakan upaya bursa untuk mendiversifikasi atau memasukkan perusahaan dengan kondisi khusus dalam satu papan pencatatan.

"Sehingga, investor dari awal sudah menyadari bahwa perusahaan yang masuk dalam kategori new economy adalah perusahaan dengan ciri yang bertumbuh cepat dan dominan berbasis teknologi," kata Samsul.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Modal Ventura Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro mengatakan, dengan hadirnya Papan Ekonomi Baru, perusahaan-perusahaan dari sektor new economy bisa dikelompokkan ke dalam papan tersendiri. "Inisiatif yang bagus dari BEI untuk meluncurkan papan ekonomi baru. Bagi emiten teknologi dan ekonomi baru, bisa dikelompokkan bersama-sama dengan perusahaan yang sejenis," ujar Eddi.

Eddi menambahkan, dengan pengelompokan tersebut, dapat menarik minat untuk calon emiten, terutama dari perusahaan teknologi atau new economy untuk segera mencatatkan saham perdananya di bursa."Semoga menjadikan lebih menarik untuk calon emiten baru terutama dari perusahaan teknologi. Tujuannya memang begitu, agar kinerja mereka dibandingkan dengan perusahaan sejenis," kata Eddi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement