Senin 12 Dec 2022 09:26 WIB

Masjid London Timur Kumpulkan Rp 1 Miliar untuk Penyelidikan Genosida Uighur

Dana tersebut bermanfaat melindungi saksi penyelidikan genosida Uighur.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
Orang-orang sholat di Masjid London Timur & Pusat Muslim London di London timur, Inggris, Rabu (14/4). Masjid London Timur Kumpulkan Rp 1 Miliar untuk Penyelidikan Genosida Uighur
Foto: Harun Chown / PA melalui AP
Orang-orang sholat di Masjid London Timur & Pusat Muslim London di London timur, Inggris, Rabu (14/4). Masjid London Timur Kumpulkan Rp 1 Miliar untuk Penyelidikan Genosida Uighur

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebuah masjid Whitechapel, London melakukan penggalangan dana untuk membantu penyelidikan genosida China terhadap Muslim Uyghur oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC). Dilaporkan hingga berita ini dibuat, dana yang berhasil dikumpulkan sebanyak 54 ribu poundsterling atau Rp 1.028.661.256.

Imam di Masjid London Timur Ajmal Masroor meminta jamaah maupun peserta kegiatan penggalangan dana untuk mendonasikan harta mereka, dengan tujuan membawa keadilan atas apa yang secara resmi diakui Inggris sebagai genosida terhadap Musim Uighur. Berbagai individu dan organisasi menjanjikan puluhan ribu pound hanya dalam satu malam.

Baca Juga

Pengacara yang memimpin kasus ICC melawan China, Rodney Dixon KC, mengatakan dana tersebut diperlukan tidak hanya untuk penyelidikan kejahatan yang dilakukan terhadap Muslim Uighur oleh China, tetapi juga untuk mendapatkan saksi yang berharga untuk kasus tersebut. Dana tersebut bermanfaat melindungi mereka dan mengeluarkan mereka dari situasi itu.

“Kami baru-baru ini membawa seorang korban yang pernah berada di sebuah kamp di China dan tiba di Kyrgyzstan. Dia adalah salah satu saksi yang kami andalkan. Tapi itu membutuhkan banyak usaha, banyak dukungan dan banyak dana," ujar dia dikutip di East London Lines, Senin (12/12/2022).

Ia juga mengatakan ingin memastikan perlindungan dan penggalangan dana diselenggarakan di Masjid London Timur, untuk memberikan dukungan seluas mungkin dari komunitas Muslim. “Peristiwa ini sangat penting, untuk menjaga agar api tetap menyala dan memastikan orang tahu itu," lanjutnya.

Masjid London Timur merupakan salah satu masjid terbesar di Eropa, dengan lebih dari 7.000 jamaah untuk sholat. Adapun kasus terkait Uighur ini diperumit oleh fakta ICC tidak memiliki yurisdiksi di China. Menurut Dixon, bukti menunjukkan Uighur telah dikumpulkan di Tajikistan yang merupakan anggota ICC, dan dibawa ke kamp di China.

Ia menyebut China tidak ingin ada pembangkang di pengasingan (Tajikistan). Hal ini seolah-olah menunjukkan besarnya ambisi mereka.

Dixon pun berencana membawa kasus tersebut ke ICC terhadap Tajikistan, sehingga ICC dapat menyelidiki China melalui kejahatan yang mereka lakukan di negara anggota ICC.

Di PBB, ia mengebut banyak negara Muslim memilih China karena China memberi mereka banyak bisnis. Karena itu, maka pilihan terakhir jatuh pada negara-negara seperti Inggris, untuk mengambil tindakan.

Ia lantas mengatakan Muslim Uighur juga memiliki sejarah panjang ketidaksetujuan terhadap Partai Komunis China. Orang-orang menjadi sasaran karena etnis dan agama mereka, tetapi juga karena China tidak ingin ada perbedaan pendapat atau kemungkinan pemisahan.

"Bukti menunjukkan ini adalah kampanye genosida yang sangat canggih, lambat dan penuh perhitungan," ucap dia.

Co-chair dari Inter-Parliamentary Alliance on China, Baroness Helena Kennedy KC, menyebut sangat penting memintai pertanggungjawaban China. Satu-satunya cara yang bisa ditempuh adalah melalui ICC.

“China dan Rusia akan memblokir upaya Dewan Keamanan. Kami telah mencoba mendesak negara-negara Islam untuk membantu, namun tidak berhasil, dan saya kecewa dengan PBB. Tidak ada yang ingin memulai perang atau gesekan dengan China," katanya.

Seorang Muslim Uighur yang tiba di London pada acara tersebut pun berdiri dan menyuarakan pikirannya. Dia berkata yang mereka butuhkan lebih dari sekadar dukungan finansial, yaitu kesadaran (awareness).

"Saya mendapati diri saya sendirian di seluruh dunia. Jangan abaikan kami. Saya belum menghubungi orang tua saya selama enam tahun. Anak-anak saya belum pernah bertemu kerabat mereka," ucap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement