Jumat 09 Dec 2022 01:42 WIB

Kemenko Perekonomian: Performa Logistik Indonesia Peringkat 46 Dunia

Biaya logistik di Indonesia terbilang tinggi.

 Kapal kargo memuat peti kemas di Jakarta Container Terminal International di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta,  31 Agustus 2022. Biaya logistik di Indonesia terbilang tinggi yakni mencapai 23,5 persen dari PDB nasional pada 2019.
Foto: EPA-EFE/BAGUS INDAHONO
Kapal kargo memuat peti kemas di Jakarta Container Terminal International di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, 31 Agustus 2022. Biaya logistik di Indonesia terbilang tinggi yakni mencapai 23,5 persen dari PDB nasional pada 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asisten Deputi Ekonomi Digital Kemenko Perekonomian Edwin Manansang mengungkapkan biaya logistik di Indonesia terbilang tinggi yakni mencapai 23,5 persen dari PDB nasional pada 2019. Kemudian performa logistik pada 2018 sebesar 3,15 persen.

Performa logistik tersebut membawa Indonesia berada pada peringkat 46 performa logistik secara global dan peringkat 5 negara- negara di kawasan ASEAN pada 2018 menurut data World Bank terkait indikator Logistic Performance Indicator (LPI).

Baca Juga

"Angka tersebut memang lebih besar jika dibandingkan dengan negara lain seperti Singapura, Amerika hanya 8 persen, Uni Eropa dan Jepang, Korsel Cuma 9 persen," ujarnya dalam webinar Kupas Tuntas Tantangan dan Peluang Logistik bagi UMKM di Indonesia yang dipantau dari Jakarta, Kamis (8/12/2022).

Hal tersebut menurutnya tak lepas dari kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan, sehingga sektor logistik belum dapat bekerja maksimal dan menjadi tantangan besar bagi operator logistik. Masalah lain yang dihadapi terkait mahalnya biaya logistik adalah pengiriman ke daerah pedesaan di luar perkotaan dan di luar pulau Jawa, kemudian terdapat masalah pergudangan serta pelaku logistik masih terfragmentasi sehingga tidak efektif dan efisien dalam operasibisnis.

 

"Sekitar 70 persen pelaku usaha logistik merupakan pemain kecil dan proses gudang masih manual," ungkapnya.

Kemudian belum optimalnya pemanfaatan truk-truk pengangkutan barang, masih banyak UMKM yang menyewa truk untuk mengirimkan truk antara kota untuk sistem 1 kali saja. "Sehingga waktu pulangnya memakan biaya sehingga biayanya pun menjadi dua kali lipat," paparnya.

Kemudian, kata dia, informasi terkait pengiriman, waktu pengiriman masih belum standar dan belum terintegrasi. Untuk membantu menyelesaikan permasalahan logistik tersebut, pemerintah kata dia, menciptakan platform NLE (national logistic ecosystem) yang menyeleraskan arus lalu lintas barang dan dokumen internasional sejak kedatangan sarana pengangkut di pelabuhan hingga barang tiba di gudang (hinterland).

Platform NLE yang sejalan dengan Inpres nomor 5 Tahun ini memiliki tujuan meningkatkan kinerja logistik nasional, memperbaiki iklim investasi serta meningkatkan daya saing perekonomian nasional.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement