Kamis 08 Dec 2022 23:15 WIB

Ratusan Jurnalis dan Karyawan New York Times akan Gelar Aksi Mogok

Ini adalah aksi mogok pertama The New York Times dalam lebih dari 40 tahun

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Jurnalis (Ilustrasi)
Foto: IST
Jurnalis (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Ratusan jurnalis dan karyawan The New York Times menggelar aksi mogok selama 24 jam yang dimulai pada Kamis (8/12/2022). Ini adalah aksi mogok pertama yang dialami surat kabar tersebut dalam lebih dari 40 tahun.

Karyawan ruang redaksi dan anggota lain dari The NewsGuild of New York mengatakan, mereka muak dengan tawar-menawar yang berlarut-larut sejak kontrak terakhir mereka berakhir pada Maret 2021. Pekan lalu, serikat pekerja mengumumkan bahwa lebih dari 1.100 karyawan akan melakukan penghentian kerja selama 24 jam mulai pukul 00.01 pada Kamis, kecuali kedua belah pihak mencapai kesepakatan kontrak.

"Para pekerja secara resmi melakukan aksi mogok kerja. Ini tidak pernah menjadi keputusan yang mudah untuk menolak melakukan pekerjaan yang Anda sukai, tetapi anggota kami bersedia melakukan apa yang diperlukan untuk memenangkan ruang redaksi yang lebih baik untuk semua," ujar NewsGuild.

Negosiasi telah berlangsung pada Selasa (6/12/2022) dan Rabu (7/12/2022), tetapi kedua belah pihak tidak mencapai kesepakatan dalam berbagai masalah termasuk kenaikan upah dan kebijakan kerja jarak jauh. Pada Rabu malam, serikat pekerja mengatakan, kesepakatan belum tercapai dan pemogokan sedang terjadi. 

“Kami siap bekerja selama mencapai kesepakatan yang adil, tetapi manajemen meninggalkan meja dengan sisa waktu lima jam. Kami tahu betapa berharganya kami,” ujar pernyataan serikat pekerja.

Juru bicara New York Times, Danielle Rhoades Ha mengatakan, mereka masih dalam negosiasi ketika diberitahu bahwa pemogokan sedang terjadi.  “Sangat mengecewakan bahwa mereka mengambil tindakan ekstrem ketika kita tidak menemui jalan buntu,” katanya.

Tidak diketahui apakah agenda liputan pada Kamis akan terpengaruh dengan aksi mogok. Tetapi pendukung pemogokan termasuk anggota desk berita langsung yang dituntut bergerak cepat, dan meliput berita terbaru untuk surat kabar digital. 

Rhoades Ha mengatakan kepada The Associated Press bahwa, perusahaan memiliki "rencana yang kuat" untuk terus memproduksi konten. Termasuk mengandalkan reporter internasional dan jurnalis lain yang bukan anggota serikat pekerja.

Dalam sebuah catatan yang dikirim ke staf yang diwakili serikat pekerja pada Selasa malam, Wakil Editor Pelaksana Cliff Levy menyebut, rencana aksi mogok itu merupakan momen meresahkan dalam negosiasi kontrak baru. Dia mengatakan, aksi ini akan menjadi pemogokan pertama oleh unit perundingan sejak 1981.

Dalam sebuah surat yang ditandatangani oleh lebih dari 1.000 karyawan, NewsGuild mengatakan, manajemen telah "menyerah" melakukan tawar-menawar selama hampir dua tahun. Sementara kontrak mereka habis pada akhir tahun.

NewsGuild juga mengatakan, perusahaan memberi tahu karyawan yang berencana mogok bahwa, mereka  tidak akan dibayar selama masa pemogokan. Anggota juga diminta untuk bekerja lembur untuk menyelesaikan pekerjaan sebelum pemogokan.

Dalam satu terobosan yang dianggap signifikan oleh kedua belah pihak, perusahaan membatalkan proposalnya untuk mengganti program pensiun yang dapat disesuaikan dengan program pensiun 401 (k), yang ditingkatkan. The Times justru menawarkan untuk membiarkan serikat pekerja memilih di antara keduanya.  Perusahaan juga setuju untuk memperluas manfaat perawatan kesuburan.

Perusahaan juga telah menawarkan untuk menaikkan upah sebesar 5,5 persen setelah ratifikasi kontrak, diikuti oleh kenaikan 3 persen pada 2023 dan 2024. Ini akan menjadi peningkatan dari kenaikan tahunan sebesar 2,2 persen pada kontrak yang telah habis masa berlakunya.

Seorang reporter keuangan dan perwakilan serikat pekerja, Stacy Cowley, mengatakan, serikat pekerja menginginkan kenaikan gaji 10 persen saat ratifikasi. Menurutnya, jumlah tetsebut akan menggantikan kenaikan gaji yang tidak diterima selama dua tahun terakhir.

Cowley juga mengatakan, serikat pekerja menginginkan kontrak untuk menjamin pilihan bagi karyawan agar dapat bekerja dari jarak jauh, jika memungkinkan. Tetapi perusahaan menginginkan untuk menarik pekerja ke kantor secara penuh waktu.  Cowley mengatakan, Times telah mewajibkan stafnya untuk berada di kantor tiga hari seminggu. Tetapi banyak yang jarang datang ke kantor.

The New York Times telah mengalami aksi mogok lainnya dalam beberapa tahun terakhir. Pada Agustus, serikat pekerja melakukan aksi mogok setengah hari untuk menuntut praktik perburuhan yang tidak adil.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement