Rabu 07 Dec 2022 12:55 WIB

Israel Tolak Tentaranya Diinterogasi dalam Kasus Pembunuhan Jurnalis Aljazeera

Aljazeera menyimpulkan Shireen dan beberapa jurnalis lain memang jadi sasaran Israel.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
 Sebuah mural terbunuhnya jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh menghiasi dinding, di Kota Gaza, Minggu, 15 Mei 2022. Perdana Menteri Israel Yair Lapid mengatakan, dia tidak akan mengizinkan tentara atau aparat keamanan negaranya diinterogasi sehubungan dengan kematian jurnalis Aljazeera Shireen Abu Akleh.
Foto: AP/Adel Hana
Sebuah mural terbunuhnya jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh menghiasi dinding, di Kota Gaza, Minggu, 15 Mei 2022. Perdana Menteri Israel Yair Lapid mengatakan, dia tidak akan mengizinkan tentara atau aparat keamanan negaranya diinterogasi sehubungan dengan kematian jurnalis Aljazeera Shireen Abu Akleh.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Yair Lapid mengatakan, dia tidak akan mengizinkan tentara atau aparat keamanan negaranya diinterogasi sehubungan dengan kematian jurnalis Aljazeera Shireen Abu Akleh. Shireen ditembak hingga tewas saat sedang meliput operasi penggerebekan pasukan Israel di Jenin, Tepi Barat, Mei lalu.

“Tidak ada yang akan menginterogasi tentara Pasukan Pertahanan Israel dan tidak ada yang akan menceramahi kami tentang memerangi moral, tentunya bukan jaringan Aljazeera,” tulis Lapid di akun Twitter resminya, Selasa (6/12/2022).

Baca Juga

Cicitan Lapid muncul tak lama setelah Aljazeera mengumumkan bahwa mereka akan membawa kasus pembunuhan Shireen Abu Akleh ke Mahkamah Pidana Internasional (ICC) yang berbasis di Den Haag, Belanda. Aljazeera mengatakan, mereka telah melakukan penyelidikan menyeluruh atas tewasnya Shireen dan menemukan bukti baru berdasarkan beberapa laporan saksi mata. Aljazeera juga memeriksa sejumlah rekaman video di lokasi tewasnya Shireen.

Berdasarkan temuan-temuan itu, Aljazeera menyimpulkan bahwa Shireen dan beberapa jurnalis lainnya memang jadi sasaran penembakan langsung pasukan Israel. “Klaim otoritas Israel bahwa Shireen terbunuh secara tidak sengaja dalam baku tembak sama sekali tidak berdasar,” kata Aljazeera dalam sebuah pernyataan, Selasa lalu, dilaporkan laman kantor berita Palestina, WAFA.

Aljazeera menjelaskan, bukti-bukti yang diajukan ke kantor kejaksaan menegaskan, tanpa keraguan, bahwa tidak ada penembakan di area tempat Shireen berada. Kecuali pasukan Israel yang memang melepaskan tembakan langsung ke arah Shireen dan sejumlah jurnalis lainnya. “Para jurnalis berada di hadapan pasukan pendudukan Israel saat mereka berjalan sebagai kelompok perlahan-lahan di jalan dengan rompi media khas mereka, dan tidak ada orang lain di jalan,” ungkapnya.

Menurut Aljazeera, temuan itu secara otomatis membantah klaim Pasukan Pertahanan Israel yang menyebut tidak ada kejahatan dilakukan sepenuhnya dalam kasus tewasnya Shireen. “Bukti menunjukkan bahwa pembunuhan yang disengaja ini merupakan bagian dari kampanye yang lebih luas untuk menargetkan dan membungkam Aljazeera,” katanya.

Selama 25 tahun berkarier sebagai jurnalis di Aljazeera, Shireen kerap menggemakan suara rakyat Palestina. Oleh sebab itu, jurnalis berkebangsaan Palestina-Amerika itu mendapat julukan “suara Palestina”. Shireen tewas tertembak saat tengah meliput operasi penggerebekan pasukan Israel di Jenin, Tepi Barat, 11 Mei lalu. Sempat terjadi perdebatan tentang siapa pelaku penembakan terhadap Shireen.

Kala itu muncul dugaan bahwa pasukan Israel yang telah membunuh Shireen. Namun Israel menolak tuduhan tersebut. Mereka justru menuding kelompok militan Palestina yang menembak Shireen. PBB akhirnya turun tangan untuk melakukan penyelidikan independen.

Pada 24 Juni lalu, PBB merilis temuannya. Mereka mengungkapkan, hasil penyelidikannya menunjukkan bahwa Shireen tewas akibat ditembak pasukan Israel.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement