Rabu 07 Dec 2022 11:12 WIB

LPEI Bangun Desa Devisa Klaster Udang

Nilai ekspor udang dan olahannya mencapai 1,27 Miliar dolar AS pada Januari-Mei 2022.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Warga memperlihatkan hasil panen udang vaname (ilustrasi).
Foto: EPA-EFE/HOTLI SIMANJUNTAK
Warga memperlihatkan hasil panen udang vaname (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank sebagai Special Mission Vehicle Kementerian Keuangan berupaya mewujudkan ekosistem ekspor yang berkelanjutan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan ekspor nasional.

LPEI melakukan berbagai upaya melalui program-programnya, salah satunya dengan meresmikan Desa Devisa Klaster Udang di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur beberapa waktu lalu pada 15 Juli 2022. Adapun daerah tersebut merupakan salah satu wilayah penghasil udang di Jawa Timur yang memiliki potensi dikembangkan menjadi komoditas unggulan ekspor terutama udang Vaname. 

Data Indonesia Eximbank Institute LPEI ekspor udang dan olahannya naik 17,56 persen atau 1,27 miliar dolar AS selama Januari hingga Mei 2022. Adapun negara tujuan ekspor utama antara lain Amerika Serikat, China, Jepang, Vietnam dan Thailand. 

Baca juga : IHSG Dibuka Terkoreksi, Saatnya Koleksi Saham Blue Chip Ini

Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) yang tergabung di dalamnya sebanyak ± 20 petambak udang yang tersebar di empat kecamatan dan enam desa di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Sebagai tindak lanjut dari komitmennya, LPEI memberikan alat produksi berupa kincir air kepada petambak sebagai wujud pendampingan dari aspek produksi dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi Desa Devisa Klaster Udang.

Adapun alat produksi yang diberikan LPEI berjumlah 10 unit dengan penerima manfaat sebanyak 80 petambak. Kegiatan ini dihadiri secara fisik oleh Kepala Bidang Perikanan Budidaya Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Situbondo beserta perwakilan Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Multi Fishes Bahari dan Alkautsar Bugeman Makmur.

“Kincir air yang diberikan berfungsi untuk meningkatkan kapasitas produksi petambak dengan mengurangi potensi gagal panen udang karena jika satu kincir air rusak akan terdapat kincir air lainnya sebagai back-up, sehingga sirkulasi oksigen dalam tambak masih terjaga,” ujar Kepala Divisi Jasa Konsultasi Gerald Grisanto, Rabu (7/12/2022).

Dia melanjutkan, pemberian kincir air, survival rate (SR) udang dapat meningkat menjadi 80 sampai 90 persen dari sebelumnya kisaran 70 sampai 80 persen. Harapannya, kapasitas produksi udang dapat meningkat sebesar ±30 persen menjadi 40 sampai 60 ton dalam setiap siklus produksi. 

Baca juga : OJK: Penghimpunan Dana di Pasar Modal Rp 226,49 Triliun per November 2022

Ke depannya, LPEI akan terus melakukan monitoring bersama PT Panca Mitra Multi Perdana sebagai mitra bisnis para petambak udang atas pendampingan Desa Devisa Klaster Udang yang telah dilakukan.

“Sebagai wujud dukungan untuk mengukuhkan ekspor nasional, LPEI akan giat memberikan pendampingan secara berkesinambungan melalui program Desa Devisa pada daerah dengan komoditas potensi ekspor. Hal ini kami lakukan untuk menciptakan kepastian hasil panen tambak serta mengembangkan kapasitas dan daya saing produk,” ucapnya.

Adapun program Desa Devisa merupakan salah satu program pelatihan LPEI yang diberikan kepada klaster penghasil komoditas unggulan yang memiliki potensi ekspor. Tujuan Desa Devisa untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas serta daya saing komoditas yang sesuai dengan standar ekspor dan dapat memberikan dampak bagi kesejahteraan masyarakat sekitarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement