Rabu 07 Dec 2022 08:42 WIB

Fukushima Bersiap Membuang Air Limbah Olahan ke Laut

Air didekontaminasi dari semua zat radioaktif dan dibuang ke laut sejauh satu km.

Rep: Mabruroh/ Red: Friska Yolandha
 Foto udara ini menunjukkan pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi di kota Okuma, prefektur Fukushima, utara Tokyo Kamis, 17 Maret 2022. Pemerintah Jepang sejak lama mengizinkan rencana pembuangan limbah nuklir Fukushima ke laut. Rencana itu sudah dibuat 11 tahun yang lalu. Kini, penduduk kawasan itu harus bersiap untuk langkah baru karena Jepang akan segera mulai membuang air olahan ke laut.
Foto: Kyodo News via AP
Foto udara ini menunjukkan pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi di kota Okuma, prefektur Fukushima, utara Tokyo Kamis, 17 Maret 2022. Pemerintah Jepang sejak lama mengizinkan rencana pembuangan limbah nuklir Fukushima ke laut. Rencana itu sudah dibuat 11 tahun yang lalu. Kini, penduduk kawasan itu harus bersiap untuk langkah baru karena Jepang akan segera mulai membuang air olahan ke laut.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Pemerintah Jepang sejak lama mengizinkan rencana pembuangan limbah nuklir Fukushima ke laut. Rencana itu sudah dibuat 11 tahun yang lalu. Kini, penduduk kawasan itu harus bersiap untuk langkah baru karena Jepang akan segera mulai membuang air olahan ke laut. 

Dilansir dari Saudi Gazette, Rabu (7/12/2022), air yang menyentuh bahan bakar menjadi radioaktif. Disaring di pabrik di dalam pembangkit listrik, air disimpan dalam tangki yang akan mencapai kapasitas maksimumnya pada tahun 2023. 

Baca Juga

Air didekontaminasi dari semua zat radioaktif kecuali tritium, yang tidak dapat dipisahkan dari air. Air hasil olahan tersebut akan dicampur dengan air laut untuk diencerkan. Kemudian, air akan dibuang ke laut sejauh satu kilometer melalui terowongan. 

Tritium adalah unsur radioaktif yang sangat berbahaya menurut Jean-Christophe Gariel, wakil direktur Institute of Radiological Protection and Nuclear Safety. “Karakteristik tritium yang akan dilepaskan di Fukushima serupa dengan yang dilepaskan oleh pembangkit listrik tenaga nuklir di seluruh dunia,” kata Wakil pengawas lokasi di D&D Communication Center, Kimoto Takahiro.

Informasi itulah yang tak luput dari perhatian para nelayan Fukushima yang pertama kali mengkhawatirkan kualitas air lautnya.  “Ada kemungkinan yang sangat kecil akan ada dampak kesehatan,” kata Ketua Federasi Asosiasi Koperasi Perikanan Prefektur Fukushima, Nozaki Tetsu.

“Tapi ketakutan terbesar adalah publisitas yang buruk. Kami telah mendapat penjelasan dari pemerintah selama lebih dari 10 tahun dan kami tidak menemukan kesalahan apapun, jadi kami menghargai klarifikasi mereka,” tambah dia.

Reputasi produk dari Fukushima menjadi perhatian para nelayan dan penduduk prefektur. Di sini orang Jepang sangat bangga dengan daerahnya, mungkin karena keberanian yang mereka tunjukkan dalam pemulihan dari bencana. 

Di pelabuhan kota Onahama, 60 kilometer dari pembangkit nuklir, pemilik restoran Watanabe Tatsuya memasak produk Fukushima tanpa rasa takut. Dengan temannya dan tukang kebun pasar Shiraishi Nagatoshi, dia aktif terlibat dalam rekonstruksi wilayah tersebut. 

“Di mana menurut saya saya sangat beruntung bertemu dengan koki lokal tepercaya tepat setelah bencana itu terjadi,” kata Shiraishi.

“Dia dan teman kokinya, dan saya dengan jaringan petani saya, adalah kekuatan pendorong untuk menciptakan sesuatu bersama. Membuat orang ingin kembali ke Fukushima karena mereka makan makanan enak, saya pikir itu adalah langkah pertama menuju rekonstruksi.” 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement