Selasa 06 Dec 2022 18:43 WIB

Yang Dihadapi Saat Sakaratul Maut dan Kisah Imam Ahmad yang Digoda Setan

Setiap umat manusia akan menghadapi peristiwa sakaratul maut.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi sakaratul maut kematian. Setiap umat manusia akan menghadapi peristiwa sakaratul maut
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi sakaratul maut kematian. Setiap umat manusia akan menghadapi peristiwa sakaratul maut

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Kondisi yang paling genting bagi manusia adalah ketika menghadapi sakarul maut. Ketika seorang hamba di akhir hayatnya baik (husnul khatimah), maka kelak dia akan mendapat kebahagiaan di akhirat.

Sebaliknya ketika seorang hamba di akhir hayatnya buruk (su'ul khotimah), maka kelak di akhirat akan menemukan kesulitan dan kesengsaraan. 

Baca Juga

Begitu gentingnya situasi sakaratul maut, hingga Rasulullah SAW pun mengajarkan pada umatnya doa agar diberikan kemudahan ketika menghadapi sakaratul maut. Allah SWT pun menghilangkan sakitnya sakaratul maut dan menetapkan hati agar meninggal dengan membawa iman. 

Di antara tanda hamba yang baik akhir hayatnya adalah ketika dalam keadaan sakaratul maut seorang hamba dapat melafazkan kalimat tahlil, lafaz Allah SWT, ataupun kalimat thoyyibah.

 

Dr KH Ali Sibromalisi menjelaskan di antara yang akan dihadapi setiap manusia ketika sakaratul maut adalah godaan setan. Setan akan datang kepada manusia yang sedang sakaratul maut menyerupai orang tua dari orang yang sedang sakaratul maut dan mengajak untuk berpindah agama atau menyekutukan Allah SWT. 

Apabila orang yang sedang sakaratul maut itu memiliki iman yang kuat, dia akan selamat dari bujuk rayu setan.

Baca juga: Pernah Benci Islam hingga Pukul Seorang Muslim, Mualaf Eduardo Akhirnya Bersyahadat 

Kiai Ali pun menjelaskan, sebagaimana mengutip surat Ali Imran ayat 91 bahwa orang yang meninggal dalam keadaan kafir tidak akan diampuni dosanya oleh Allah SWT dan akan mendapatkan siksa.

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِمْ مِلْءُ الْأَرْضِ ذَهَبًا وَلَوِ افْتَدَىٰ بِهِ ۗ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang diantara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong.” 

"Sakaratul maut itu suasana yang sangat genting. Kalau dia meninggal dalam keadaan kafir, ngga bawa iman, amal yang dikerjakan sekian tahun habis, meskipun dia kaya raya punya emas seberat bumi dipakai untuk menebus kekafirannya, Allah SWT ngga terima," kata Dr KH Ali Sibromalisi dalam kajian Duha yang digelar Masjid Agung Sunda Kelapa, dikutip dari Harian Republika.   

Lebih lanjut. Kiai Ali mengkisahkan, pada satu waktu, Imam Ahmad pernah terjatuh hingga tak sadarkan diri.

Anaknya lantas membisikkan kepada telinga Imam Ahmad lafaz tahlil. Namun, sang anak merasa kaget karena Imam Ahmad berkata laa (tidak) berkali-kali. Tak lama, Imam Ahmad tersadar.

Anaknya menanyakan tentang mengapa Imam Ahmad berkali-kali mengucap laa. Imam Ahmad menjelaskan, sejatinya saat dia dalam keadaan itu dan berkata laa, karena setan datang dari sebelah kanan dan berdiri menyerupai ayahnya dan mengajak Imam Ahmad bin Hambal untuk berpindah agama atau menyekutukan Allah SWT.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement