Selasa 06 Dec 2022 13:57 WIB

Masindo Ajak Warga Kota Bandung Tumbuhkan Budaya Sadar Risiko

Masyarakat seringkali bertindak tanpa menyadari risiko dari tindakannya tersebut.

Perkumpulan Masindo mengajak warga Kota Bandung menumbuhkan budaya sadar risiko.
Foto: Dok Masindo
Perkumpulan Masindo mengajak warga Kota Bandung menumbuhkan budaya sadar risiko.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Individu maupun organisasi budaya sadar risiko di Kota Bandung membentuk perkumpulan Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (Masindo). Perkumpulan tersebut terbentuk melalui persamaan pandangan dan visi untuk memasyarakatkan budaya sadar risiko.

Kepala Bidang Ketahanan, Ekonomi, sosial, Budaya, Agama dan Ormas Kesbangpol Kota Bandung, Apep Insan Farid menyampaikan apresiasinya terhadap inisiatif yang dilakukan Masindo untuk membangun kesadaran terhadap perilaku berisiko di masyarakat. Hal itu karena pemerintah tidak bisa berjalan sendiri dalam membangun paradigma di masyarakat.

"Di sini kita memerlukan peran serta komunitas seperti Masindo untuk memberikan edukasi kepada masyarakat umum," kata Apep pada acara 'Festival Masindo: Road to Hari Sadar Risiko 2022' di Kota Bandung, Jawa Barat, Ahad (4/12/2022).

Ketua Masindo, Dimas Syailendra R menuturkan, masyarakat seringkali bertindak tanpa menyadari risiko dari tindakannya tersebut. Karena itu, Masindo hadir untuk mewujudkan visi menjadikan masyarakat Indonesia yang sadar dan peduli risiko untuk hidup lebih sehat secara jasmani dan rohani. "Untuk merealisasikan visi tersebut, Masindo berupaya membangun kesadaran mengenai risiko, dampak dan strategi menguranginya," ujarnya dalam siaran pers, Selasa (6/12/2022).

 

Salah satu upaya aktif Masindo adalah melakukan edukasi terkait konsep pengurangan bahaya (harm reduction) guna mengurangi risiko kesehatan, lingkungan, dan sosial terkait dengan kebiasaan tertentu. Konsep pengurangan bahaya memperkenalkan masyarakat pada alternatif yang lebih rendah risiko, terutama jika berhenti total sulit dilakukan.

"Konsep ini telah banyak diadopsi dalam kebijakan pemerintah maupun kebiasaan masyarakat, contoh yang paling sering ditemui belakangan ini adalah penerapan protokol kesehatan untuk mengurangi risiko terpapar virus," ujar Dimas. Dia menambahkan, beberapa contoh lain dari pengurangan bahaya, seperti menggunakan sabuk pengaman dan helm saat berkendara, hingga subtitusi kantong plastik sekali pakai.

Presidium Jakatarub, Wawan Gunawan menyebutkan, pentingnya konsep sadar risiko dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya bagiKota Bandung yang memiliki komposisi penduduk yang beragam. Ciri heterogenitas sosial Kota Kembang tampak jelas, dengan persebaran para pendatang yang terdiri dari berbagai suku, ras, dan agama.

Keberagaman identitas selalu dapat memantik konflik selama dimaknai sebagai ajang rivalitas tak sehat. "Seseorang cenderung menjadi tidak moderat, toleran, dan mencintai perdamaian karena terbentuk oleh lingkungan. Risiko ini dapat kita hindari dengan membuka dialog persahabatan antaragama," terang Wawan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement