Selasa 06 Dec 2022 13:40 WIB

China Bantah Laporan AS Soal Persenjataan Nuklirnya

Beijing menilai laporan itu merupakan spekulasi yang tidak wajar.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Seorang penjaga keamanan yang mengenakan masker berdiri di dekat bendera China di depan sebuah toko di jalan perbelanjaan pejalan kaki di Beijing, Kamis, 10 Oktober 2019. Pemerintah China telah menyangkal laporan Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) tentang peningkatan dan kecepatan program senjata nuklir Negeri Tirai Bambu. Beijing menilai laporan itu merupakan spekulasi yang tidak wajar.
Foto: AP Photo/Mark Schiefelbein
Seorang penjaga keamanan yang mengenakan masker berdiri di dekat bendera China di depan sebuah toko di jalan perbelanjaan pejalan kaki di Beijing, Kamis, 10 Oktober 2019. Pemerintah China telah menyangkal laporan Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) tentang peningkatan dan kecepatan program senjata nuklir Negeri Tirai Bambu. Beijing menilai laporan itu merupakan spekulasi yang tidak wajar.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China telah menyangkal laporan Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) tentang peningkatan dan kecepatan program senjata nuklir Negeri Tirai Bambu. Beijing menilai laporan itu merupakan spekulasi yang tidak wajar.

Kementerian Pertahanan (Kemenhan) China mengatakan, AS telah mulai “menggerakkan tangan” dan menebak-nebak tentang modernisasi kekuatan nuklir China. “Harus ditekankan bahwa China dengan tegas mengejar strategi nuklir pertahanan diri, selalu berpegang pada kebijakan untuk tidak menjadi yang pertama menggunakan senjata nuklir kapan pun atau dalam keadaan apa pun serta mempertahankan kekuatan nuklirnya pada tingkat terendah yang dibutuhkan oleh keamanan nasional,” kata Kemenhan China dalam sebuah pernyataan, Selasa (6/12/2022).

Baca Juga

Kemenhan China justru menuduh AS sebagai biang onar terbesar dalam hal keamanan global. “AS telah mengobarkan api untuk kepentingannya sendiri, menciptakan perpecahan dan konfrontasi di dunia, serta membawa kekacauan dan bencana ke mana pun ia pergi,” katanya.

Kemenhan China turut menyoroti bagaimana AS dengan penuh semangat mengembangkan dan berusaha menyebarkan senjata nuklir taktis garis depan. Mereka mengklaim, Washington juga telah mengurangi ambang batas untuk menyebarkan senjata nuklir. China pun menuding AS tengah melakukan proliferasi nuklir melalui kemitraan keamanannya dengan Inggris dan Australia.

Pekan lalu Departemen Pertahanan AS merilis laporan yang memprediksi bahwa China akan memiliki 1.500 hulu ledak nuklir pada 2035. Washington memperkirakan, saat ini Negeri Tirai Bambu sudah memiliki lebih dari 400 hulu ledak nuklir.

“Departemen Pertahanan memperkirakan persediaan hulu ledak nuklir operasional (China) telah melampaui 400. Jika China melanjutkan laju ekspansi nuklirnya, kemungkinan akan memiliki persediaan sekitar 1.500 hulu leda” pada 2035,” kata Pentagon dalam laporannya yang dirilis 29 November lalu.

Menurut laporan itu, China juga disebut tengah berusaha memodernisasi rudal balistiknya yang dapat mengirimkan senjata nuklir. Pentagon mengatakan, sepanjang 2021 lalu, China melakukan 135 kali pengujian rudal. Jumlah itu lebih banyak dibandingkan dengan uji coba rudal yang dilakukan berbagai negara.

Pentagon berpendapat, angkatan udara China membuat kemajuan untuk menyamakan kemampuannya dengan angkatan udara Barat. Sebelum laporan Pentagon dirilis, seorang pejabat senior Departemen Pertahanan AS mengatakan, angkatan udara berusaha maju di semua lini atau aspek, mulai dari peralatan yang dioperasikan, hingga kemampuan pilot dan personel lainnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement