Senin 05 Dec 2022 20:00 WIB

China Tutup Pos Pengujian Covid-19 di Banyak Tempat

Sebagian kota di China menghalus kebijakan negatif Covid untuk transportasi umum.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Friska Yolandha
 Seorang wanita menjalani swab tenggorokan COVID-19 secara rutin di tempat pengujian virus corona di Beijing, Ahad, 4 Desember 2022. Pos pengujian Covid-19 di banyak tempat di kota-kota besar China telah ditutup.
Foto: AP/Andy Wong
Seorang wanita menjalani swab tenggorokan COVID-19 secara rutin di tempat pengujian virus corona di Beijing, Ahad, 4 Desember 2022. Pos pengujian Covid-19 di banyak tempat di kota-kota besar China telah ditutup.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pos pengujian Covid-19 di banyak tempat di kota-kota besar China telah ditutup. Hal ini menyusul langkah pemerintah melonggarkan aturan ketat seperti tidak perlunya menunjukkan tes negatif.

Beijing, Shanghai, Zhengzhou, dan Shenzhen serta 14 kota lainnya mengakhiri persyaratan hasil tes negatif untuk naik transportasi umum. Pihak berwenang China mengatakan varian baru kini lebih lemah, meski pihaknya belum mengatakan kapan mereka akan mengakhiri strategi nol-Covid yang mengurung jutaan orang di rumah mereka.

Baca Juga

Pihak berwenang Beijing juga telah memerintahkan rumah sakit untuk berhenti menolak orang dengan hasil negatif masuk, tetapi persyaratan ini masih berlaku di kota lain, seperti Chengdu dan Guangzhou. Menurut media pemerintah, Chongqing masih membutuhkan tes negatif dalam tiga hari terakhir untuk memasuki tempat umum, sementara provinsi Zhejiang telah sepenuhnya mengakhiri tes rutin Covid.

Beberapa pengguna media sosial menuduh bahwa stasiun pengujian Covid telah ditutup tetapi mereka masih membutuhkan hasil tes negatif untuk masuk ke tempat kerja dan sekarang ada antrian yang lebih panjang di luar tempat pengujian. Jumlah kasus yang dilaporkan juga menurun di beberapa daerah karena pengujian berkurang.

Namun, penyesuaian apapun terhadap kebijakan nol-Covid dilakukan oleh Komisi Kesehatan Nasional, otoritas kesehatan tertinggi China, yang memerlukan persetujuan Dewan Negara, atau kabinet. Kabinet mendukung kebijakan yang diklaim Presiden Xi Jinping sebagai satu-satunya jalan keluar negaranya dari pandemi.

Pekan lalu pemerintah China mengumumkan rencana untuk memvaksinasi jutaan orang berusia 70-an dan 80-an. Itu memacu harapan untuk segera mengakhiri "nol Covid". Tetapi pakar kesehatan dan ekonom memperingatkan bahwa ini akan terjadi pada pertengahan 2023 dan kemungkinan 2024 sebelum tingkat vaksinasi cukup tinggi dan rumah sakit siap menangani kemungkinan munculnya infeksi.

"China belum siap untuk pembukaan kembali dengan cepat," kata ekonom Morgan Stanley dalam sebuah laporan Senin. "Kami mengharapkan langkah-langkah penahanan yang bertahan lama. Pembatasan masih dapat diperketat secara dinamis di kota-kota tingkat rendah jika rawat inap melonjak," imbuhnya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement