Senin 05 Dec 2022 14:35 WIB

Bagaimana Nasib Buruh Migran Qatar Setelah Piala Dunia 2022 Selesai?

Para pekerja migran di Qatar dianggap mendapat penyiksaan.

Rep: Anggoro Pramudya/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Maskot Piala Dunia Qatar 2022 La
Foto: ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
Maskot Piala Dunia Qatar 2022 La

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Qatar jelas tidak dapat menggelar Piala Dunia 2022 jika bukan karena adanya andil penting dari para pekerja migran. Akan tetapi, selepas gelaran tersebut para buruh migran mengaku bakal tetap menetap di Negeri Teluk.

"Mereka yang datang hanya untuk Piala Dunia pasti akan kembali setelah kejuaraan berakhir," kata Wambaka Isaac pekerja migran asal Uganda dikutip ABC, Senin (5/12/2022).

Baca Juga

Wambaka Isaac adalah salah satu dari ribuan pekerja migran yang berjalan ke zona penggemar setelah matahari terbenam untuk menyaksikan pertandingan babak 16 besar Inggris versus Senegal.

Namun kepastian pulangnya timnas Senegal setelah menelan kekalahan 0-3 dari Inggris dini hari WIB tadi hanya menyisakan Maroko sebagai satu-satunya perwakilan asal Afrika yang diklaim bakal mendapat dukungan penuh.

Isaac menjelaskan gelaran sepak bola akan meninggalkan cerita tersendiri bagi setiap pelancong. Tetapi, untuk sebagian besar pekerja migran berakhirnya Piala Dunia tak mendatangkan banyak pilihan dalam kehidupannya.

Para pekerja pun buruh kasar di Qatar masih harus menyambung kehidupan usai peluit panjang berbunyi. Sebagian tetap terikat dalam kontrak bersama instansi perusahaan terkait.

"Tetapi saya dan beberapa diantaranya masih memiliki masa depan di sini karena saya masih terikat pekerjaan. Kami akan melakukan pekerjaan pembersihan, kantor, di mana-mana ada banyak pekerjaan," sambung Isaac.

Ribuan orang memenuhi stadion, menatap satu layar besar di Zona Fan Area Industri, yang bebas tiket masuk alias gratis di Stadion Kriket Asia Town. Tidak ada turis di sini, lantaran lokasi menjadi titik kumpul satu-satunya para pekerja migran.

Kebanyakan pekerja migran berasal dari India, Bangladesh, Kenya, Nepal, atau Pakistan. Sebagian besar dari orang-orang ini bekerja di bidang konstruksi dan membangun infrastruktur yang disiapkan tuan rumah untuk turnamen tersebut.

Omna Rayan seorang tukang listrik dari Nepal yang pindah ke Qatar empat tahun lalu, mengunggah beberapa rekaman ke akun TikToknya, di mana ia memiliki lebih dari 2 ribu pengikut.

Dalam kreativitasnya di jejaring sosial media Rayan mampu menghasilkan 1.200 riyal alias sekitar Rp 5 juta sebulan, yang sebagian besar dikirim untuk orang tua di kampung halaman.

"Gaji di sini lebih baik daripada di Nepal. Ini juga yang membuat saya pindah ke Qatar," kata pria berusia 26 tahun.

  1. Di sisi lain, Rahim seorang pengemudi ride-share dari Bangladesh, sudah tiga setengah tahun mengadu nasib di Qatar. Ia memutuskan bekerja di Negeri Hujan tersebut karena tidak punya pilihan selain tetap tinggal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement