Jumat 02 Dec 2022 16:35 WIB

Gubernur Bank Sentral Jepang: ASEAN Harus Tetap Waspada

ASEAN harus menawarkan komunikasi yang jelas.

Rep: Lintar Satria/ Red: Muhammad Hafil
Polisi berjalan melewati logo Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di luar sekretariat ASEAN saat kendaraan para delegasi memasuki kompleks menjelang pertemuan khusus para menteri luar negeri ASEAN di Jakarta 27 Oktober 2022. Pertemuan khusus para menteri luar negeri ASEAN diadakan untuk membahas krisis yang sedang berlangsung di Myanmar.
Foto: EPA-EFE/BAGUS INDAHONO
Polisi berjalan melewati logo Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di luar sekretariat ASEAN saat kendaraan para delegasi memasuki kompleks menjelang pertemuan khusus para menteri luar negeri ASEAN di Jakarta 27 Oktober 2022. Pertemuan khusus para menteri luar negeri ASEAN diadakan untuk membahas krisis yang sedang berlangsung di Myanmar.

REPUBLIKA.CO.ID,TOKYO -- Peraturan ketat Covid-19 di Cina telah membebani perlambatan pertumbuhan global. Karena melemahnya aktivitas ekonomi domestik dan mengganggu rantai pasokan manufaktur seluruh dunia.

Perlambatan ekonomi Cina memukul cukup keras Asia pasalnya aktivitas manufaktur di seluruh kawasan bulan November menyusut tajam.

Baca Juga

Beberapa negara berkembang terpaksa menaikan suku bunga untuk mengatasi sumbatan aliran modal yang disebabkan kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS). Ini menimbulkan kerugian ekonomi mereka yang rentan.

Dalam Forum ASEAN+3 di Singapura, Gubernur bank sentral Jepang Haruhiko Kuroda mengatakan ia tidak melihat resiko besar Asia tiba-tiba kehilangan kepercayaan atau terjadi krisis finansial yang baru.

Namun ia memperingatkan agar negara-negara Asia tidak berpuas diri. Sebab kebijakan penyangga guncangan ekonomi beberapa negara menurun usai menggelontorkan banyak pengeluaran dalam upaya mengatasi dampak pandemi Covid-19.

"Gejolak pasar di Inggris baru-baru ini menunjukkan, reaksi anggota pasar pada keputusan kebijakan dan pengumuman dapat berdampak besar pada harga aset,"kata Kuroda yang pernah menjabat sebagai Kepala Bank Pembangunan Asia dan diplomat mata uang Jepang, Jumat (2/12/2022).

"Pembuat kebijakan negara (Asosiasi Negara Asia Tenggara) ASEAN harus mewaspadai resiko dan menawarkan komunikasi yang jelas, tepat dan tepat waktu untuk menghindari hasil yang tak diinginkan," katanya.

Sebelumnya  Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF)  Kristalina Georgieva mengatakan ASEAN "titik terang" di perekonomian global. Ekonomi ASEAN diproyeksi tumbuh 5 persen pada tahun ini dan naik sedikit pada 2023.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement